Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
Amanat Keindahan






Saudaraku kaum hawa. Kalian mempunyai potensi besar yang tidak dimiliki kaum pria. Kalau kaum pria perlu dua langkah untuk bisa ‘memasuki’ surga. Kalian hanya perlu satu langkah. Kalian (secara alamiah) lebih peka daripada laki-laki. Atas dasar ini juga dikatakan bahwa “surga di bawah telapak kaki ibu.”
Secara
umum, seorang ibu pasti lebih peka dan memahami anaknya. Seorang ibu lebih
tanggap dengan keluh-kesah anaknya, kebutuhan anaknya daripada seorang ayah.
Tetapi seorang lelaki yang telah menempuh jalan sufi, juga memiliki kepekaan
seperti yang dimiliki kaum hawa.
Karena
kepekaan yang dimiliki seorang ibu, tanpa dimintapun, ia sudah tahu apa yang
sedang dialami anaknya. Hatinya nyambung dengan hati anaknya. Karena itu
seorang anak yang ridho (sayang) kepada orang-tuanya, terutama ibunya, tanpa
sadar ia sudah menyentuh surga. Rasa ridhonya terasa nyaman dan damai di hati
ibunya, sehingga perasaan ibunya pun senang dan ridho kepadanya, nyambung
kepada sang anak berupa perasaan tentram dan damai. Inilah suasana surga. Jika
seorang ibu sudah ridho maka pikirannya pun dipenuhi doa bagi anaknya. Pikiran
yang positif dari seorang ibu kepada anaknya merupakan doa yang mustajab, cepat
terkabul. Ini juga keadaan di surga, semua yang terbesit di pikiran terpenuhi
seketika.
Saudaraku
kaum hawa, manfaatkanlah potensi besar kepekaan perasaanmu. Jangan kotori
dengan angkara murka dan bejibun keinginan dunia. keinginan dunia itu perlu
tapi jangan berlebihan. Kalau laki-laki harus menundukkan pikirannya dan
membina perasaannya untuk dapat ‘menyentuh’ surga, kalian cukup membina
perasaan agar senantiasa lembut dan damai. Sabar, sabarlah menghadapi ‘kicauan’
pedas dari orang lain.
Saudaraku,
pokok pangkal perselisihan dan pertengkaran adalah adanya saling memaksakan
kehendak. Kita tidak disuruh merubah seseorang tetapi hanya menyampaikan
nasehat. Hanya menyampaikan tidak lebih. “Wa tawaa shaubil haq wa tawaa shaubis
shabr”. Karena dilingkaranku ini beragam orang, untuk itu kami berharap
kepada saudaraku yang sudah berjilbab tidak memaksa yang belum berjilbab untuk
segera berjilbab. Menyampaikan nasehat boleh tetapi jangan memaksa, agar tidak
timbul perselisihan. Memakai atau tidak, itu adalah pilihan dia sendiri. Hidup
ini adalah pilihan, mau menjadi lebih baik atau tidak. Bukankah kita tidak ikut
menanggung akibatnya? Berkenaan dengan masalah jilbab. Surah An Nur ayat 31
menegaskan,
“Katakanlah
kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan zinatahunna, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya.”
Pada umumnya ahli tafsir
menafsirkan zinatahunna dengan perhiasan. Kami lebih condong menafsirkannya
dengan keindahan. Segala sesuatu diciptakan berpasangan. Begitu juga ada
laki-laki, ada perempuan. Kaum laki-laki adalah percikan dari cahaya Al Kamal
(kesempurnaan ilmu) milik Allah, sedangkan kaum perempuan adalah percikan dari
cahaya Al Jamal (keindahan)Nya. Al Jamal adalah rahasia Allah. Tidak boleh dan
tidak akan bisa sembarangan orang ‘menyentuhnya’.
Wahai
kaum hawa, kalian adalah rahasia milik Allah, keindahan Allah yang terungkap di
alam dunia. Diri kalian dipilih Allah menyimpan amanat keindahan, menyimpan
rahasiaNya, jangan sembarangan dibuka (jarene wong jowo, ojok diler). Hampir
seluruh badan kalian adalah rahasia Allah, jangan disiarkan terang-terangan.
Cukup wajah kalian dan beberapa yang lain yang biasa terlihat. Ini benar-benar
amanat berat, sama beratnya dengan janji ucapan Laa Ilaha Illallah. Sayangilah
diri kalian dengan memeliharanya dari mata jalang.
Saudaraku ini adalah nasehat. Ini
adalah pilihan, terserah kepada kalian, aku sudah menyampaikan.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar