Silsilah
beliau adalah : Habib Abubakar bin Muhammad bin Umar bin Abubakar bin Imam Wadi
Al-Ahqaf Umar bin Segaf bin Muhammad bin Umar bin Toha bin Umar Ash-Shofi bin
Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad
Mauladdawiliyah bin Ali bin Alwi Al-Ghuyyur bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam
bin Ali bin Muhammad Sahib Mirbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad
bin Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin ‘Isa bin Muhammad An-Naqib
bin Ali-‘Uraidhi bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Az-Zahra binti
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam.
Habib Abubakar
bin Muhammad Assegaf, beliau lahir di Besuki, Jawa Timur, pada tahun 1285 H.
Cahaya kebaikan dan kewaliannya telah nampak dan terpancar dari wajah beliau.
Saat usia 3 tahun, beliau mampu mengingat semua kejadian yang pernah terjadi
pada dirinya. Semua itu karena kekuatan dan kejernihan hati beliau. Bersama
ayahnya beliau pindah ke Gresik. Tak lama kemudian, ayah beliau meninggal dunia
di Gresik, saat itu habib Abubakar masih kecil. Mendengar anaknya (Ayah Habib
Abubakar) meninggal dunia, maka neneknya di Hadramaut, yaitu Hababah Fatimah
binti Abdullah ‘Allan, meminta supaya cucunya ini (Habib Abubakar) dikirimkan
ke Hadramaut. Maka, pada tahun 1293 H dengan mengikut kenalan keluarga, yaitu,
Syeikh Muhammad Bazemur, Habib Abubakar berangkat ke Hadramaut. Kala itu Habib
Abubakar masih berusia delapan tahun. Sesampainya di Seiwun, Hadramaut, beliau disambut oleh
pamannya, Al-Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Pertama kali melihat Habib
Abubakar, sang paman menyambut beliau dengan sangat gembira, seraya mengucapkan
bait syair : “Hati para auliya, memiliki ketajaman mata, mereka mampu memandang
apa yang tidak dilihat oleh manusia lainnya”. Pertama kali, Habib Abubakar
tinggal di rumah paman beliau, Al-Habib Syekh bin Umar bin Segaf Assegaf,
seorang ulama yang disegani di Hadramaut. Habib Abubakar belajar ilmu fikih dan
ilmu tasawuf kepada pamannya. Setiap malam, beliau dibangunkan untuk
bersama-sama menunaikan shalat tahajjud, walaupun waktu itu beliau masih dalam
usia kecil.
Saat pertama
kali melihat Habib Abubakar, Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi telah melihat
tanda-tanda kebesaran dalam diri Habib Abubakar dan yakin bahwa Habib Abubakar,
kelak akan menjadi seorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi, padahal saat
itu Habib Abubakar dalam usia kanak-kanak. Jauh sebelum kedatangannya ke
Hadramaut, ketika itu Habib Abubakar masih di tanah Jawa, Al-Habib Ali bin
Muhammad Al-Habsyi berkata kepada salah seorang muridnya, “Lihatlah mereka itu,
mereka tiga orang besar, nama mereka sama, keadaan mereka sama, dan kedudukan
mereka sama. Yang pertama, sudah berada di alam barzakh, yaitu Al-Qutub
Al-Habib Abubakar bin Abdullah Al-Aydrus. Yang kedua, engkau sudah pernah
melihatnya pada saat engkau masih kecil, yaitu Al-Qutub Al-Habib Abubakar bin
Abdullah Al-Attas Dan yang ketiga, engkau akan melihatnya di akhir
umurmu.” Ketika murid tersebut sudah menginjak usia senja, murid tersebut
bermimpi melihat Nabi shallahu ‘alaihi wasalam dalam lima malam berturut-turut.
Dalam mimpinya itu, Nabi shalalluahu ‘alaihi wasalam menuntun seorang anak
kecil sambil berkata kepadanya, “Terdapat kebenaran bagi yang melihatku di
setiap mimpinya. Telah aku hadapkan kepadamu cucuku yang shaleh, yaitu Abubakar
bin Muhammad Assegaf . Perhatikanlah ia.” Murid tersebut sebelumnya belum
pernah melihat Habib Abubakar, kecuali dalam mimpinya itu. Setelah ingatlah ia
dengan perkataan gurunya, Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, yang mengatakan,
“Lihatlah mereka itu, tiga auliya, nama mereka sama, keadaan mereka sama dan
kedudukan mereka sama.” Tidak lama setelah kejadian mimpinya itu, murid
tersebut meninggal dunia, tepat sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh
Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, bahwa ia akan melihat Habib Abubakar bin
Muhammad Assegaf di akhir umurnya. Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf mendapat
perhatian khusus dan pengawasan yang istimewa dari guru beliau, Al-Imam
Al-Habib Ali bin Muhammad Al-habsyi, sampai-sampai habib Ali sendiri yang
meminangkan beliau sekaligus merayakan pernikahannya.
Pada tahun 1302 H. Habib Abubakar kembali ke Indonesia bersama Al-Habib Alwi bin Segaf dan langsung menuju Besuki, kota di mana beliau lahir. Di kota tersebut beliau melakukan dakwah. Setelah menetap di Besuki selama tiga tahun, pada tahun 1305 H, beliau pindah ke kota Gresik. Ketika itu usianya baru 20 tahun. Habib Abubakar juga belajar dan mengambil ijazah kepada ulama dan auliya’ yang berada di Indonesia, diantaranya : Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Haddad (Bangil), Al-Habib Ahmad bin Abdullah Al-Attas (Pekalongan), Al-Habib Abubakar bin Umar bin Yahya (surabaya), Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya), Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor (Bondowoso).
Pada tahun 1302 H. Habib Abubakar kembali ke Indonesia bersama Al-Habib Alwi bin Segaf dan langsung menuju Besuki, kota di mana beliau lahir. Di kota tersebut beliau melakukan dakwah. Setelah menetap di Besuki selama tiga tahun, pada tahun 1305 H, beliau pindah ke kota Gresik. Ketika itu usianya baru 20 tahun. Habib Abubakar juga belajar dan mengambil ijazah kepada ulama dan auliya’ yang berada di Indonesia, diantaranya : Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Haddad (Bangil), Al-Habib Ahmad bin Abdullah Al-Attas (Pekalongan), Al-Habib Abubakar bin Umar bin Yahya (surabaya), Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya), Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor (Bondowoso).
Disaat
menjelang akhir hayatnya, Habib Abubakar selalu mengatakan “Aku berbahagia
untuk berjumpa dengan Allah”. Beliau melakukan puasa selama 15 hari
berturut-turut. Dan pada tahun 1376 H, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf
wafat dalam usia 91 tahun. Jasad beliau dimakamkan di samping Masjid Agung
Jami’, Gresik, Jawa Timur, bersanding dengan makam Al-Habib Alwi bin Muhammad
Hasyim Assegaf.
Daftar Video :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar