Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
Peran Organisasi Islam Dalam Bidang Politik - 2






BAB II
Tahapan Perjalanan Hidup Rasulullah Sebagai Acuan
Rasulullah
saw adalah figur yang lengkap dan sempurna dalam kemanusiaanya. Beliau suri
tauladan kita dalam segala aspek. Begitu juga dalam masalah mencari bentuk
ideal peran Organisasi Islam. Kehidupan rasulullah dapat dibagi dalam beberapa
tahap dan tahap terakhir dalam kehidupannya beliau bertindak sebagai kepala
pemerintahan sekaligus nabi pemimpin umat. Rasulullah tidak serta merta menjadi
kepala pemerintahan. Beliau membina dan mendidik umat agar terbiasa dengan
kebaikan sehingga ketika saatnya bertindak sebagai kepala pemerintahan, tidak
ada lagi pembangkangan dan pemberontakan. Bentuk ideal peran organisasi
Organisasi Islam haruslah sesuai dengan peran rasulullah saw dalam tahapan
kehidupannya. Untuk menentukan jumlah tahapan atau periode yang ada dalam
kehidupan rasulullah saw maka acuan yang benar adalah sesuai jumlah tahapan /
gerak dalam sholat. Mengapa sholat yang
menjadi acuan ? Argumennya adalah bahwa sholat merupakan pembina sentral /
utama bagi kepribadian seorang muslim. Baik buruk pribadi seorang muslim
tergantung dari kualitas sholatnya. Apa hubungannya dengan tahapan kehidupan
Rasulullah saw ? Rasulullah saw adalah pembina kepribadian umat islam sama halnya dengan sholat yang
menjadi pembina kepribadian seorang muslim.
Sholat diawali dengan bersuci / wudlu.
Wudlu tidak dapat dipisahkan dari sholat karena wudlu merupakan syarat sahnya
sholat. Sedangkan kehidupan rasulullah diawali dengan masa bayi yang sudah
berkhitan. Masa kanak – kanak sudah menjadi anak yatim piatu. Keyatim piatuan
Rasulullah saw merupakan kehendak Allah SWT untuk menyucikan Rasulullah dari
kecintaan kuat kepada ayah – ibu dan dunia. Sehingga kecintaan kepada-Nya dapat
terealisasi secara sempurna. Rasulullah saw mengalami penyucian hati secara
langsung sebanyak tiga kali. Pertama kali terjadi ketika masih kanak – kanak
dalam asuhan Halimatus sa'diah. Kedua ketika usia beliau sudah aqil baligh. Dan
yang terakhir ketika peristiwa isra' mi'raj. Ketika masyarakat mekkah berada
pada puncak kejahiliyahannya maka Rasulullah saw menyucikan diri / mengasingkan
diri dari pencemaran pemikiran dan perbuatan jahiliyah masyarakat mekkah saat
itu. Rasulullah mengasingkan diri di gua Hira. Tafakkur, mencari makna murni
kehidupan. Periode ini merupakan awal dari periode pembinaan kepribadian Nabi
untuk mengemban Risalah suci. Sama
dengan periode wudlu sebelum sholat. Sholat sebagai bentuk pembinaan spiritual
untuk dapat mewujudkan khalifah Allah yang rahmatal lil alamin. Kesiapan untuk
menjadi rahmat bagi sesama dan alam ditunjukkan pada tahapan salam pada akhir
sholat. Memberi salam kedamaian baik kepada muslim maupun non muslim. Salam
kedamaian baik kepada ahli kebaikan (kanan) maupun ahli keburukan (kiri). Tahap
akhir kehidupan Rasulullah saw memberikan puncak keselamatan dan kedamaian bagi
umat sekaligus salam perpisahan.
Mengacu pada tahapan persiapan sholat
dan sholat itu sendiri maka ada tujuh tahapan kehidupan Rasulullah saw. Secara
singkat dapat kita sebut dibawah ini :
- Periode
Tobat dan Periode Bersuci (Wudlu)
Periode dimana rasulullah saw mengalami mimpi – mimpi
tentang kebenaran (bidayah) yang kemudian mendorong beliau untuk menyendiri dan
bertafakkur di gua hira menjauhkan diri dari hiruk pikuk kehidupan jahiliyah
masyarakat mekkah pada waktu itu. Periode ini berjalan beberapa waktu sebelum
turunnya wahyu pertama.
Aisyah r.a. berkata, "Yang pertama (dari wahyu) kepada Rasulullah saw.
adalah mimpi yang baik di dalam tidur. Beliau tidak pernah bermimpi melainkan akan menjadi
kenyataan seperti merekahnya cahaya subuh. Kemudian beliau gemar bersunyi.
Beliau sering bersunyi di Gua Hira. Beliau beribadah di sana, yakni beribadah
beberapa malam sebelum rindu kepada keluarga beliau, dan mengambil bekal untuk
itu. Kemudian beliau pulang kepada Khadijah. Beliau mengambil bekal seperti
biasanya sehingga datanglah kepadanya (dalam riwayat lain disebutkan: maka
datanglah kepadanya) kebenaran. Ketika beliau ada di Gua Hira, datanglah
malaikat seraya berkata, 'Bacalah!'
Beliau berkata, 'Sungguh saya tidak dapat membaca. Ia mengambil dan mendekap
saya sehingga saya lelah. Kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata,
'Bacalah!' Maka, saya berkata, 'Sungguh saya tidak dapat membaca:' Lalu ia
mengambil dan mendekap saya yang kedua kalinya, kemudian ia melepaskan saya,
lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata, 'Sungguh saya tidak bisa
membaca' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang ketiga kalinya, kemudian ia
melepaskan saya. Lalu ia membacakan, "Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq.
Khalaqal insaana min'alaq. Iqra' warabbukal akram. Alladzii 'allama bil qalam.
'Allamal insaana maa lam ya'lam. 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang
Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Lalu Rasulullah
saw. pulang dengan membawa ayat itu dengan perasaan hati yang goncang (dalam
satu riwayat: dengan tubuh gemetar)...”
Bagi kita periode ini merupakan periode dimana kita
membuka diri terhadap kebenaran atau periode datangnya hidayah (seperti halnya
seruan adzan memberi tanda bagi masuknya waktu sholat) lalu menyambut seruan
tersebut dengan bersegera mengambil air wudlu untuk bersuci. Periode ini
merupakan periode introspeksi diri, merenungi kesalahan – kesalahan masa lalu
dan bertekad membuat perbaikan dan menjauhi maksiat.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila
seorang hamba yang muslim atau mu'min itu berwudhu', lalu ia membasuh mukanya,
maka keluarlah dari mukanya itu semua kesalahan yang disebabkan ia melihat
padanya dengan kedua matanya dan keluarnya ialah beserta air atau beserta
tetesan air yang terakhir. Jikalau
ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya itu semua
kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya beserta air atau beserta tetesan
air yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua kakinya, maka
keluarlah semua kesalahan yang dijalankan oleh kedua kakinya beserta air atau
beserta tetesan air yang terakhir, sehingga akhirnya keluarlah ia dalam keadaan
suci dari semua dosa." (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat
melebur semua kesalahan dan dengannya dapat pula menaikkan beberapa
derajat?" Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah."
Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu menyempurnakan wudhu' sekalipun
menemui beberapa hal yang tidak disenangi (seperti terlampau dingin dan
sebagainya), banyaknya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat
sesudah melakukan shalat. Itulah yang disebut ribath (perjuangan menahan nafsu
untuk memperbanyak ketaatan pada Tuhan)." (HR. Muslim)
Bila Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka tidak perlu berperan dalam bidang politik tetapi fokus pada pembinaan internal organisasi.
- Periode
Belajar (Gerakan berdiri membaca Fatihah)
Periode dimana rasulullah bertemu dengan malaikat jibril
untuk pertama kalinya, yaitu periode pembelajaran ayat – ayat al Qur’an dan
terbukanya pengetahuan tentang jalan kebenaran dan keselamatan. Bagi kita
periode ini merupakan masa dimana kita menyadari pentingnya ilmu tentang
peribadatan sehingga dapat beribadah secara benar dan keingintahuan kita
tentang jalan – jalan keselamatan.
“Menuntut ilmu (keselamatan / jalan lurus) wajib atas tiap muslim (baik
muslimin maupun muslimah).” (HR.
Ibnu Majah)
sama seperti
periode pertama, bila Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka belum
saatnya berperan dalam bidang politik
tetapi lebih mementingkan pembinaan internal.
- Periode
Pemantapan diri dan syi’ar secara rahasia dan terbatas kepada orang-orang
dekat (Gerakan ruku’)
Yaitu periode pelaksanaan / realisasi dari apa – apa yang
telah diajarkan (Jalan lurus, jalan keselamatan) Allah SWT kepada Rasulullah
saw untuk diri sendiri dan orang – orang dekat beliau. Bagi kita periode ini
merupakan periode untuk beramar ma'ruf nahi munkar secara terbatas di kalangan
keluarga dan kawan dekat.
Bila
Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka peran dalam bidang politik
berjalan beriringan dengan pembinaan
internal. Peran dalam bidang politik masih diminimalisir
untuk menghindari pergesekan internal hingga kondisi internal benar – benar mantap.
- Periode
Syi’ar secara terbuka (Gerakan I’tidal)
Periode dimana Rasulullah mengalami banyak ujian dan
peperangan karena syi’ar yang dilakukan oleh Rasulullah saw tidak lagi secara
diam – diam tetapi sudah terbuka kepada masyarakat luas. Bagi kita periode ini
merupakan bentuk kesabaran menunggu atas do’a dan usaha kita. Ujian dari Allah
atas keteguhan kita dalam memegang prinsip dan jalan kebenaran.
Bila
Organisasi Islam berada pada tahapan ini berarti kondisi internal sudah mantap
dan pergesekan internal tidak akan
terjadi bila Organisasi Islam aktif menyuarakan aspirasi politik. Tetapi perannya dalam bidang politik masih
diluar struktur pemerintahan.
- Periode
Penaklukan Mekkah / Aqidah (Sujudnya keyakinan)
Periode dimana kaum kafir sudah menyerah, tidak lagi
menyerang kaum muslim dan Rasulullah saw kembali ke kota Mekkah dengan damai
dan membawa kedamaian. Bagi kita periode ini merupakan puncak keinsyafan /
kesadaran jiwa bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari rahmat Allah SWT baik
rahmat lahiriah maupun rahmat batiniah. Segala sesuatu sangat bergantung atas
kemurahan-Nya. Segala sesuatu terwujud dengan rahmat pertolongan-Nya. Sehingga
membuat jiwa bersujud syukur kepada-Nya dan beribadah pada puncak keikhlasan.
Bila
Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka perannya dalam bidang politik
lebih proaktif bahkan memasuki
struktur pemerintahan, ikut andil dalam menelurkan kebijakan pemerintah.
- Periode
Pemantapan Hukum Syari’at Madinah / Muamalah (Duduknya akhlakul karimah)
Periode ini adalah periode dimana Rasulullah saw menetap
di kota madinah. Periode dimana rahnat Allah SWT melalui keluhuran akhlak
Rasulullah saw begitu sempurna dirasakan dan diterima manusia dan seluruh alam.
Semua ayat – ayat Al Qur’an yang turun pada periode ini adalah ayat – ayat
hukum (syari’at) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam
sekitarnya.
Bagi kita periode ini merupakan pemahaman dan penyerapan
sifat – sifat mulia Allah SWT (asma’ul husna) yang terwujud dalam keteladanan akhlak Rasulullah
saw.
Bila
Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka perannya dalam bidang politik
adalah melahirkan kepala
pemerintahan atau presiden.
- Periode
Realisasi Akhlakul Karimah (Salam di akhir sholat)
Periode dimana Rasulullah saw menjelang wafat, memberikan
wasiat terakhir dan salam perpisahan kepada umat islam. Bagi kita periode ini
adalah kesiapan jiwa kita untuk meneladani akhlak luhur Rasulullah saw, sebatas
kemampuan, baik memberikan kedamaian (rahmat) kepada kaum kanan (kaum beriman)
maupun kepada kaum kiri (kaum sekedar islam dan non muslim) sehingga terwujud
harapan Rasulullah saw untuk menjadikan diri dan umatnya sebagai rahmatal lil
alamin (rahmat kedamaian bagi seluruh alam).
Peran
yang diemban Organisasi Islam harus sesuai dengan kondisi yang sedang berlaku
pada umat islam indonesia saat ini. Pada tahapan / periode manakah umat islam
indonesia saat ini dapat ditinjau dari seberapa teguhkah warga Organisasi Islam
berpegang pada ajaran Rasulullah saw. Pada jaman Rasulullah
saw, beliau menguji kesetiaan dan keteguhan para sahabat dengan melakukan baiat
di bawah pohon ridlwan. Kesetiaan bukan pada pribadi pemimpin tetapi lebih pada
ajarannya. Baiat ini memperkuat kembali keteguhan dan semangat memperjuangkan
kebenaran. Begitu juga Organisasi Islam, harus introspeksi diri mengevaluasi
seberapa besar keteguhan warga Organisasi Islam kepada ajaran Rasulullah saw atau Al Quran dan sunnah Rasul. Yang bisa menjawab adalah warga
Organisasi Islam sendiri. Bila ternyata warga Organisasi Islam sudah banyak
yang tergerus oleh arus zaman, bagai layangan yang terlepas dihempas angin
kesana kemari, tidak memiliki pegangan yang kuat maka belum saatnya dakwah
eksternal diluar warga Organisasi Islam dan masyarakat luas. Periode yang
berlaku adalah perbaikan dan pembinaan internal.
Tetapi bila ternyata terbukti mayoritas warga Organisasi Islam mempunyai
pegangan yang kuat tidak mudah terbawa arus fitnah zaman, istiqomah pada ajaran
Al Quran dan sunnah Rasul maka sudah waktunya melakukan dakwah yang terbuka
luas tidak hanya terbatas pada warga Organisasi Islam. Pada
tahapan awal dakwah terbuka ini yang patut mendapat perhatian adalah melepas
kekakuan, mengutamakan kemudahan dan fleksibilitas tanpa harus melanggar aqidah
dan syariat yang pokok dan utama. Sifat masyarakat indonesia masih bangga dan
mengutamakan golongannya. Untuk itu sebaiknya dihindari sikap terlalu fanatik
dan membanggakan ke-Organisasian-nya. Mengupayakan sikap yang dapat memperluas
jangkauan dakwah dan bisa diterima semua golongan. Pada periode ini Organisasi
Islam bertindak seperti mesin penjernih air. Senantiasa mengoreksi pemikiran –
pemikiran dan tindakan yang menyalahi dan melanggar aturan agama. Yang
terpenting adalah terserapnya ajaran islam yang benar dan akhlak luhur, bukan simbol – simbol dan nama besar
Organisasi Islam.
Bila periode Organisasi Islam adalah
periode dakwah terbuka / eksternal maka harus bisa merangkul semua golongan
dengan cara meminimalisasi simbol – simbol Organisasi Islam karena sifat
masyarakat indonesia yang masih bangga pada golongannya. Memanfaatkan semua
media yang dapat digunakan untuk dakwah dan sekali lagi meminimalisasi simbol –
simbol Organisasi Islam dan lebih mengutamakan tersebarnya ajaran islam yang
benar. Berkawan dengan teknologi dan menjadikannya hanya sebatas alat
mempermudah dakwah bukan membuat kita tergantung padanya. Menghindari
terjadinya persinggungan dengan kelompok islam lain pada masalah – masalah yang
kecil dan tidak membahayakan aqidah. Menghindari keberpihakan kepada salah satu
partai. Karena partai membuat sempit ruang dakwah Organisasi Islam dan rawan
memicu terjadinya perpecahan internal Organisasi Islam. Menghindari partai
berarti juga menghindari tercemarnya nama baik Organisasi Islam. Bukan berarti
partai tidak perlu, tetapi untuk saat ini keberadaan partai justru mempersempit
ruang gerak Organisasi Islam. Ada tahapan dimana partai memang diperlukan,
yaitu pada kondisi dimana ajaran islam sudah terserap dengan baik. Partai
menjadi tempat menyalurkan pemikiran kebangsaan yang seragam. Perbedaan partai
hanya karena perbedaan pemikiran kebangsaan ataupun masalah – masalah kecil
agama yang disebabkan oleh adanya perbedaan mahzab bukan karena kesalahan
memahami ajaran agama dan karena polusi pemikiran menyimpang yang disebarkan
oleh musuh islam. Bila dakwah Organisasi Islam bisa diterima kalangan luas maka
siapapun presidennya bukan masalah karena yang terpenting ajaran islam yang
benar sudah menjadi bagian kehidupan berbangsa dan bernegara. Bersambung ...





Tidak ada komentar:
Posting Komentar