islam,mahkota islam,moslem,muslim,solusi,solution,sains,technology,teknologi,quran,nusantara

Selasa, 12 Agustus 2014

Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.

Peran Organisasi Islam Dalam Bidang Politik - 2
    




BAB II
Tahapan Perjalanan Hidup Rasulullah Sebagai Acuan

Rasulullah saw adalah figur yang lengkap dan sempurna dalam kemanusiaanya. Beliau suri tauladan kita dalam segala aspek. Begitu juga dalam masalah mencari bentuk ideal peran Organisasi Islam. Kehidupan rasulullah dapat dibagi dalam beberapa tahap dan tahap terakhir dalam kehidupannya beliau bertindak sebagai kepala pemerintahan sekaligus nabi pemimpin umat. Rasulullah tidak serta merta menjadi kepala pemerintahan. Beliau membina dan mendidik umat agar terbiasa dengan kebaikan sehingga ketika saatnya bertindak sebagai kepala pemerintahan, tidak ada lagi pembangkangan dan pemberontakan. Bentuk ideal peran organisasi Organisasi Islam haruslah sesuai dengan peran rasulullah saw dalam tahapan kehidupannya. Untuk menentukan jumlah tahapan atau periode yang ada dalam kehidupan rasulullah saw maka acuan yang benar adalah sesuai jumlah tahapan / gerak dalam sholat.  Mengapa sholat yang menjadi acuan ? Argumennya adalah bahwa sholat merupakan pembina sentral / utama bagi kepribadian seorang muslim. Baik buruk pribadi seorang muslim tergantung dari kualitas sholatnya. Apa hubungannya dengan tahapan kehidupan Rasulullah saw ? Rasulullah saw adalah pembina kepribadian  umat islam sama halnya dengan sholat yang menjadi pembina kepribadian seorang muslim.
        Sholat diawali dengan bersuci / wudlu. Wudlu tidak dapat dipisahkan dari sholat karena wudlu merupakan syarat sahnya sholat. Sedangkan kehidupan rasulullah diawali dengan masa bayi yang sudah berkhitan. Masa kanak – kanak sudah menjadi anak yatim piatu. Keyatim piatuan Rasulullah saw merupakan kehendak Allah SWT untuk menyucikan Rasulullah dari kecintaan kuat kepada ayah – ibu dan dunia. Sehingga kecintaan kepada-Nya dapat terealisasi secara sempurna. Rasulullah saw mengalami penyucian hati secara langsung sebanyak tiga kali. Pertama kali terjadi ketika masih kanak – kanak dalam asuhan Halimatus sa'diah. Kedua ketika usia beliau sudah aqil baligh. Dan yang terakhir ketika peristiwa isra' mi'raj. Ketika masyarakat mekkah berada pada puncak kejahiliyahannya maka Rasulullah saw menyucikan diri / mengasingkan diri dari pencemaran pemikiran dan perbuatan jahiliyah masyarakat mekkah saat itu. Rasulullah mengasingkan diri di gua Hira. Tafakkur, mencari makna murni kehidupan. Periode ini merupakan awal dari periode pembinaan kepribadian Nabi untuk mengemban Risalah suci.  Sama dengan periode wudlu sebelum sholat. Sholat sebagai bentuk pembinaan spiritual untuk dapat mewujudkan khalifah Allah yang rahmatal lil alamin. Kesiapan untuk menjadi rahmat bagi sesama dan alam ditunjukkan pada tahapan salam pada akhir sholat. Memberi salam kedamaian baik kepada muslim maupun non muslim. Salam kedamaian baik kepada ahli kebaikan (kanan) maupun ahli keburukan (kiri). Tahap akhir kehidupan Rasulullah saw memberikan puncak keselamatan dan kedamaian bagi umat sekaligus salam perpisahan.
        Mengacu pada tahapan persiapan sholat dan sholat itu sendiri maka ada tujuh tahapan kehidupan Rasulullah saw. Secara singkat dapat kita sebut dibawah ini :
  1. Periode Tobat  dan Periode Bersuci (Wudlu)
Periode dimana rasulullah saw mengalami mimpi – mimpi tentang kebenaran (bidayah) yang kemudian mendorong beliau untuk menyendiri dan bertafakkur di gua hira menjauhkan diri dari hiruk pikuk kehidupan jahiliyah masyarakat mekkah pada waktu itu. Periode ini berjalan beberapa waktu sebelum turunnya wahyu pertama.
Aisyah r.a. berkata, "Yang pertama (dari wahyu) kepada Rasulullah saw. adalah mimpi yang baik di dalam tidur. Beliau tidak pernah bermimpi melainkan akan menjadi kenyataan seperti merekahnya cahaya subuh. Kemudian beliau gemar bersunyi. Beliau sering bersunyi di Gua Hira. Beliau beribadah di sana, yakni beribadah beberapa malam sebelum rindu kepada keluarga beliau, dan mengambil bekal untuk itu. Kemudian beliau pulang kepada Khadijah. Beliau mengambil bekal seperti biasanya sehingga datanglah kepadanya (dalam riwayat lain disebutkan: maka datanglah kepadanya) kebenaran. Ketika beliau ada di Gua Hira, datanglah malaikat  seraya berkata, 'Bacalah!' Beliau berkata, 'Sungguh saya tidak dapat membaca. Ia mengambil dan mendekap saya sehingga saya lelah. Kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata, 'Sungguh saya tidak dapat membaca:' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang kedua kalinya, kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata, 'Sungguh saya tidak bisa membaca' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang ketiga kalinya, kemudian ia melepaskan saya. Lalu ia membacakan, "Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana min'alaq. Iqra' warabbukal akram. Alladzii 'allama bil qalam. 'Allamal insaana maa lam ya'lam. 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Lalu Rasulullah saw. pulang dengan membawa ayat itu dengan perasaan hati yang goncang (dalam satu riwayat: dengan tubuh gemetar)...”

Bagi kita periode ini merupakan periode dimana kita membuka diri terhadap kebenaran atau periode datangnya hidayah (seperti halnya seruan adzan memberi tanda bagi masuknya waktu sholat) lalu menyambut seruan tersebut dengan bersegera mengambil air wudlu untuk bersuci. Periode ini merupakan periode introspeksi diri, merenungi kesalahan – kesalahan masa lalu dan bertekad membuat perbaikan dan menjauhi maksiat.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila seorang hamba yang muslim atau mu'min itu berwudhu', lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu semua kesalahan yang disebabkan ia melihat padanya dengan kedua matanya dan keluarnya ialah beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir. Jikalau ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya itu semua kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang dijalankan oleh kedua kakinya beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir, sehingga akhirnya keluarlah ia dalam keadaan suci dari semua dosa." (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengannya dapat pula menaikkan beberapa derajat?" Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu menyempurnakan wudhu' sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi (seperti terlampau dingin dan sebagainya), banyaknya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang disebut ribath (perjuangan menahan nafsu untuk memperbanyak ketaatan pada Tuhan)." (HR. Muslim)
        
Bila Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka tidak perlu berperan dalam bidang politik      tetapi fokus pada pembinaan internal organisasi.

  1. Periode Belajar (Gerakan berdiri membaca Fatihah)
Periode dimana rasulullah bertemu dengan malaikat jibril untuk pertama kalinya, yaitu periode pembelajaran ayat – ayat al Qur’an dan terbukanya pengetahuan tentang jalan kebenaran dan keselamatan. Bagi kita periode ini merupakan masa dimana kita menyadari pentingnya ilmu tentang peribadatan sehingga dapat beribadah secara benar dan keingintahuan kita tentang jalan – jalan keselamatan.
“Menuntut ilmu (keselamatan / jalan lurus) wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).” (HR. Ibnu Majah)
        sama seperti periode pertama, bila Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka belum saatnya    berperan dalam bidang politik tetapi lebih mementingkan pembinaan internal.

  1. Periode Pemantapan diri dan syi’ar secara rahasia dan terbatas kepada orang-orang dekat (Gerakan ruku’)
Yaitu periode pelaksanaan / realisasi dari apa – apa yang telah diajarkan (Jalan lurus, jalan keselamatan) Allah SWT kepada Rasulullah saw untuk diri sendiri dan orang – orang dekat beliau. Bagi kita periode ini merupakan periode untuk beramar ma'ruf nahi munkar secara terbatas di kalangan keluarga dan kawan dekat.
        Bila Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka peran dalam bidang politik berjalan     beriringan dengan pembinaan internal. Peran dalam bidang politik masih         diminimalisir untuk menghindari pergesekan internal hingga kondisi internal benar         – benar mantap.

  1. Periode Syi’ar secara terbuka (Gerakan I’tidal)
Periode dimana Rasulullah mengalami banyak ujian dan peperangan karena syi’ar yang dilakukan oleh Rasulullah saw tidak lagi secara diam – diam tetapi sudah terbuka kepada masyarakat luas. Bagi kita periode ini merupakan bentuk kesabaran menunggu atas do’a dan usaha kita. Ujian dari Allah atas keteguhan kita dalam memegang prinsip dan jalan kebenaran.
        Bila Organisasi Islam berada pada tahapan ini berarti kondisi internal sudah mantap dan   pergesekan internal tidak akan terjadi bila Organisasi Islam aktif menyuarakan aspirasi politik.    Tetapi perannya dalam bidang politik masih diluar struktur pemerintahan.

  1. Periode Penaklukan Mekkah / Aqidah (Sujudnya keyakinan)
Periode dimana kaum kafir sudah menyerah, tidak lagi menyerang kaum muslim dan Rasulullah saw kembali ke kota Mekkah dengan damai dan membawa kedamaian. Bagi kita periode ini merupakan puncak keinsyafan / kesadaran jiwa bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari rahmat Allah SWT baik rahmat lahiriah maupun rahmat batiniah. Segala sesuatu sangat bergantung atas kemurahan-Nya. Segala sesuatu terwujud dengan rahmat pertolongan-Nya. Sehingga membuat jiwa bersujud syukur kepada-Nya dan beribadah pada puncak keikhlasan.
        Bila Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka perannya dalam bidang politik lebih proaktif      bahkan memasuki struktur pemerintahan, ikut andil dalam menelurkan kebijakan   pemerintah.

  1. Periode Pemantapan Hukum Syari’at Madinah / Muamalah (Duduknya akhlakul karimah)
Periode ini adalah periode dimana Rasulullah saw menetap di kota madinah. Periode dimana rahnat Allah SWT melalui keluhuran akhlak Rasulullah saw begitu sempurna dirasakan dan diterima manusia dan seluruh alam. Semua ayat – ayat Al Qur’an yang turun pada periode ini adalah ayat – ayat hukum (syari’at) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya.
Bagi kita periode ini merupakan pemahaman dan penyerapan sifat – sifat mulia Allah SWT (asma’ul husna) yang  terwujud dalam keteladanan akhlak Rasulullah saw.
        Bila Organisasi Islam berada pada tahapan ini maka perannya dalam bidang politik adalah       melahirkan kepala pemerintahan atau presiden.

  1. Periode Realisasi Akhlakul Karimah (Salam di akhir sholat)
Periode dimana Rasulullah saw menjelang wafat, memberikan wasiat terakhir dan salam perpisahan kepada umat islam. Bagi kita periode ini adalah kesiapan jiwa kita untuk meneladani akhlak luhur Rasulullah saw, sebatas kemampuan, baik memberikan kedamaian (rahmat) kepada kaum kanan (kaum beriman) maupun kepada kaum kiri (kaum sekedar islam dan non muslim) sehingga terwujud harapan Rasulullah saw untuk menjadikan diri dan umatnya sebagai rahmatal lil alamin (rahmat kedamaian bagi seluruh alam).

Peran yang diemban Organisasi Islam harus sesuai dengan kondisi yang sedang berlaku pada umat islam indonesia saat ini. Pada tahapan / periode manakah umat islam indonesia saat ini dapat ditinjau dari seberapa teguhkah warga Organisasi Islam berpegang pada ajaran Rasulullah saw. Pada jaman Rasulullah saw, beliau menguji kesetiaan dan keteguhan para sahabat dengan melakukan baiat di bawah pohon ridlwan. Kesetiaan bukan pada pribadi pemimpin tetapi lebih pada ajarannya. Baiat ini memperkuat kembali keteguhan dan semangat memperjuangkan kebenaran. Begitu juga Organisasi Islam, harus introspeksi diri mengevaluasi seberapa besar keteguhan warga Organisasi Islam kepada ajaran Rasulullah saw atau Al Quran dan sunnah Rasul. Yang bisa menjawab adalah warga Organisasi Islam sendiri. Bila ternyata warga Organisasi Islam sudah banyak yang tergerus oleh arus zaman, bagai layangan yang terlepas dihempas angin kesana kemari, tidak memiliki pegangan yang kuat maka belum saatnya dakwah eksternal diluar warga Organisasi Islam dan masyarakat luas. Periode yang berlaku adalah perbaikan dan pembinaan internal.
        Tetapi bila ternyata terbukti mayoritas warga Organisasi Islam mempunyai pegangan yang kuat tidak mudah terbawa arus fitnah zaman, istiqomah pada ajaran Al Quran dan sunnah Rasul maka sudah waktunya melakukan dakwah yang terbuka luas tidak hanya terbatas pada warga Organisasi Islam. Pada tahapan awal dakwah terbuka ini yang patut mendapat perhatian adalah melepas kekakuan, mengutamakan kemudahan dan fleksibilitas tanpa harus melanggar aqidah dan syariat yang pokok dan utama. Sifat masyarakat indonesia masih bangga dan mengutamakan golongannya. Untuk itu sebaiknya dihindari sikap terlalu fanatik dan membanggakan ke-Organisasian-nya. Mengupayakan sikap yang dapat memperluas jangkauan dakwah dan bisa diterima semua golongan. Pada periode ini Organisasi Islam bertindak seperti mesin penjernih air. Senantiasa mengoreksi pemikiran – pemikiran dan tindakan yang menyalahi dan melanggar aturan agama. Yang terpenting adalah terserapnya ajaran islam yang benar dan akhlak luhur,  bukan simbol – simbol dan nama besar Organisasi Islam.
        Bila periode Organisasi Islam adalah periode dakwah terbuka / eksternal maka harus bisa merangkul semua golongan dengan cara meminimalisasi simbol – simbol Organisasi Islam karena sifat masyarakat indonesia yang masih bangga pada golongannya. Memanfaatkan semua media yang dapat digunakan untuk dakwah dan sekali lagi meminimalisasi simbol – simbol Organisasi Islam dan lebih mengutamakan tersebarnya ajaran islam yang benar. Berkawan dengan teknologi dan menjadikannya hanya sebatas alat mempermudah dakwah bukan membuat kita tergantung padanya. Menghindari terjadinya persinggungan dengan kelompok islam lain pada masalah – masalah yang kecil dan tidak membahayakan aqidah. Menghindari keberpihakan kepada salah satu partai. Karena partai membuat sempit ruang dakwah Organisasi Islam dan rawan memicu terjadinya perpecahan internal Organisasi Islam. Menghindari partai berarti juga menghindari tercemarnya nama baik Organisasi Islam. Bukan berarti partai tidak perlu, tetapi untuk saat ini keberadaan partai justru mempersempit ruang gerak Organisasi Islam. Ada tahapan dimana partai memang diperlukan, yaitu pada kondisi dimana ajaran islam sudah terserap dengan baik. Partai menjadi tempat menyalurkan pemikiran kebangsaan yang seragam. Perbedaan partai hanya karena perbedaan pemikiran kebangsaan ataupun masalah – masalah kecil agama yang disebabkan oleh adanya perbedaan mahzab bukan karena kesalahan memahami ajaran agama dan karena polusi pemikiran menyimpang yang disebarkan oleh musuh islam. Bila dakwah Organisasi Islam bisa diterima kalangan luas maka siapapun presidennya bukan masalah karena yang terpenting ajaran islam yang benar sudah menjadi bagian kehidupan berbangsa dan bernegara. Bersambung ...



    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

islam,mahkota islam,moslem,muslim,solusi,solution,sains,technology,teknologi,quran,nusantara