Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
Peran Organisasi Islam Dalam Bidang Politik - 1






BAB I
Miniatur
Permasalahan
Tubuh kita adalah bagian dari alam. Dan
tubuh kita itu sendiri merupakan miniatur alam. Alam 'tersarikan' dalam tubuh
kita.Hal ini sejalan dengan argumen bahwa suratul Fatihah adalah bagian dari Al
Quran dan suratul Fatihah itu sendiri merupakan miniatur (ummul) Quran. Al
Quran 'tersarikan' dalam suratul Fatihah. Apa yang tersebut dalam Al Quran
mempunyai pokok / rujukan dalam suratul Fatihah. Dari sini kita bisa katakan
bahwa apa yang ada di alam mempunyai rujukan di dalam tubuh kita. Oleh karena
itu segala permasalahan apapun dapat dipersempit dengan mencari rujukan dan
ibaratnya dalam tubuh kita dan kemudian mengkaji rujukan tersebut. Allah SWT
menjadikan segala sesuatu yang ada di alam ini sebagai perumpamaan bagi esensi
manusia, seperti firman-Nya dalam Al Quran surah An Nuur ayat 35 :
“Allah (Pemberi)
cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti
sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di
dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara,
yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon
zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat
(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh
api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Allah
SWT mengibaratkan hati manusia seperti kaca dan mengibaratkan ilmu yang berada
dalam hati seperti pelita yang menerangi. Jadi apapun yang ada di alam semesta
ini sebagai ibarat bagi esensi manusia. Kita bisa mengenal alam semesta dengan
jalan mengenal esensi diri kita sendiri. Begitu juga setiap permasalahan dapat
kita kaji dengan mentafakkuri diri kita sendiri. Apa hubungan pembahasan ini
dengan peran ORGANISASI ISLAM ? Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa peran
puncak yang bisa di lakukan ORGANISASI ISLAM di negeri ini adalah peran sebagai
pengendali pemerintahan negara atau presiden. Di dalam tubuh kita fungsi
pemimpin pemerintahan tertinggi ini 'seharusnya' menjadi tugas hati. Mengapa
bukan akal ? Tulisan ini bukan tempat dan waktunya untuk membahas secara
mendalam mengenai hal ini tetapi kami akan memberikan sedikit argumen. Kalau
yang dimaksudkan akal adalah otak dan fungsinya maka akal seperti ini hanya
bisa diibaratkan sebagai perdana mentri atau wakil presiden di negeri kita.
Karena akal seperti ini mempunyai 'mata' / 'pintu' yang lebih banyak
berhubungan dengan alam dunia, jangkauannya hanya alam dunia. Tetapi kalau yang
dimaksudkan akal adalah bagian yang dapat mengambil hikmah dibalik sesuatu maka
akal seperti ini merupakan bagian dari hati. Ia adalah mata hati, bashiroh. Ia
juga yang disebutkan dalam ayat “Iqro' bismirobbikal ladzi kholaq”. Mata hati /
bashiroh adalah nama Allah. Untuk membedakannya dengan akal biasa yang
merupakan bagian dari otak, kita sebut
saja akal ruhani. Akal ruhani ini merupakan mata dan telinga dari hati. Tubuh
kita terdiri dari dua sisi. Sisi yang menghadap alam ruhani diwakili hati
dengan akal ruhani sebagai panca indranya. Sedang sisi yang satunya lagi adalah
jasad fisik dengan mata dan telinga sebagai panca indranya. Urusan Allah SWT
turun dari alam ruhani menuju ke alam dunia. Tentu saja sebelum sampai ke alam
dunia urusan dari Allah ini harus melalui hati. Oleh karena itu hati menjadi
bagian utama dan menentukan bagi terlaksananya urusan ini sesuai aslinya
(sesuai dengan maksud Allah). Dengan kata lain hati menjadi presidennya tubuh
kita. Kualitas perbuatan dan tindakan anggota tubuh kita tergantung dari
kualitas hati. Hati yang benar dan baik akan melahirkan perbuatan dan amal
baik. Bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Merujuk pada argumen ini
apakah berarti peran ideal ORGANISASI ISLAM sebagai presiden ? Memang benar
bahwa bentuk ideal peran ORGANISASI ISLAM adalah 'menciptakan' presiden tetapi
tidak harus menjadi presiden itu sendiri dan juga bukan sekarang waktunya. Sebagaimana
tubuh kita kalau yang 'ditempa' cuma hati sedangkan anggota tubuh dan jasad
tidak dibiasakan dan ditempa dengan disiplin hukum – hukum agama maka anggota
tubuh dan jasad bisa menolak secara kuat apa yang diserukan dan diperintahkan
hati. Pembelajaran dan penempaan harus dimulai dari anggota tubuh sehingga
terbiasa dengan perbuatan baik atau berjalan seiring, anggota tubuh melakukan
amal lahiriah sedang hati melakukan amal batiniah. Anggota – anggota tubuh ini
dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa seperti halnya perangkat – perangkat
pemerintahan dan semua warga negara. Perangkat dan warga negara yang tidak
terbiasa dengan amal kebaikan akan menolak dengan keras dan melawan seruan baik
dari presiden. Ini kalau presidennya baik. Kalau presidennya sejalan dengan
mayoritas rakyatnya yang terbiasa dengan keburukan maka semakin sulit untuk
menciptakan negara yang dirahmati-Nya. Bersambung …





Tidak ada komentar:
Posting Komentar