Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
ALLAH MENGHENDAKI AKHIRAT KEKAL






Manusia tidak akan bisa hidup tanpa keberadaan ruh.
Kehidupan dunia dibentuk oleh perbuatan jasmani sedangkan kehidupan akherat
dibentuk oleh perbuatan jiwa. Kehidupan dunia dibandingkan dengan hidupan
akherat dapat diibaratkan (meskipun sebenarnya kurang begitu tepat) seperti
layar bioskop dan slide film. Ketika listrik padam maka layar kembali kosong
tetapi data film tetap ada di slide. Atau seperti monitor komputer dan hardisk
(tempat penyimpanan). Ketika listrik dimatikan maka monitor menjadi gelap. Data
informasi tidak hilang, data tetap ada hanya saja setelah listrik dimatikan
data informasi berpindah kembali ke hardisk. Begitu juga halnya dengan ruh.
Ketika jasmani telah rusak / mati maka ruh tetap ada karena ruh diciptakan oleh
Allah SWT dari ketiadaan menjadi ada untuk selamanya. Ruh akan kembali ke alam
dari mana dia berasal yaitu akherat (tentunya menempati alam kubur dulu sebelum
hari pengadilan). Sifat kekal ruh bukan muncul dengan sendirinya tetapi karena
kehendak dan dengan kekuasaan Allah SWT yang Maha Qodim (Terdahulu tanpa ada
yang mendahului) dan Maha Kekal dengan sendirinya. Seperti halnya data di
hardisk bisa tetap ada selama pemiliknya ada, dengan merawatnya melalui
berbagai cara dan membackup data ke berbagai media penyimpanan.
Kalau ruh diciptakan dengan sifat kekal maka sudah seharusnya alam di
mana ruh berada juga harus kekal. Ikan hanya dapat hidup di air. Kambing hanya
bisa hidup di darat. Kalau ikan dipaksa hidup di darat maka ia tidak beberapa
lama akan mati. Begitu juga ruh. Untuk bisa hidup di alam dunia, ruh harus dibungkus oleh beberapa hijab yang akan menjembataninya dengan
alam dunia secara aman. Maka alam dunia diciptakan untuk kepentingan alam
akherat bukan sebaliknya.
Dalil bagi kekalnya kehidupan di alam akherat
disebutkan secara jelas oleh beberapa ayat Al Qur’an di bawah ini :
“Sesungguhnya orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga
unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang
yang berbuat kejahatan.” (Qs. Al A’raaf : 40)
“Orang-orang
kafir dibawa ke neraka Jahanam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka
sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka
penjaga-penjaganya: ‘Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di
antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu
akan pertemuan dengan hari ini?’ Mereka menjawab: ‘Benar (telah datang)’.
Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.” (Qs.
Az Zumar : 71)
“Dikatakan (kepada mereka): ‘Masukilah
pintu-pintu neraka Jahanam itu, sedang kamu
kekal di dalamnya’.” (Qs.
Az Zumar : 72)
Ayat – ayat di atas menerangkan bahwa orang –
orang kafir atau orang – orang yang mengingkari kebenaran, kelak akan menghuni
neraka untuk selama - lamanya. Sedangkan keadaan orang - orang beriman disebutkan seperti di bawah ini,
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al Baqarah : 82)
“Allah berfirman: ‘Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar’.” (Qs. Al Maaidah : 119)
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al A’raaf : 42)
“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (Qs. Al Hijr : 48)
Ayat – ayat di atas menjadi bukti yang jelas bahwa orang – orang beriman kelak akan menghuni surga untuk selama - lamanya. Orang – orang yang beriman tetapi imannya lemah (timbangan amal buruknya lebih berat daripada amal kebaikannya) maka sebelum memasuki surga mereka akan disucikan terlebih dulu di neraka, seperti yang bisa kita renungkan dari surat Hud dibawah ini :
105. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
106. Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih).
107. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.
108. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.
Pada hari kiamat manusia akan dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu kelompok manusia yang celaka (karena masuk neraka) dan kelompok manusia yang bahagia (karena masuk surga). Golongan bahagia sudah tentu terdiri dari orang – orang beriman tetapi golongan celaka belum tentu semuanya terdiri dari orang – orang kafir karena orang – orang yang imannya lemah juga terlebih dulu memasuki neraka sebelum ke surga seperti dijelaskan oleh hadist di bawah ini :
Dari Ibnu Mas'ud r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya saya mengetahui orang dari golongan ahli neraka yang terakhir sekali keluarnya dari neraka itu dan ia pulalah orang dari golongan ahli surga yang terakhir sekali masuknya dalam surga. Yaitu seorang lelaki yang keluar dari neraka dengan merangkak, lalu Allah 'Azzawajalla berfirman padanya: ‘Pergilah -menjauhi dari neraka- dan masuklah dalam surga.’ …” kemudian beliau bersabda: “Yang sedemikian itu tingkat yang terendah sekali dari golongan para ahli surga.” (Muttafaq 'alaih)
Hadist di atas menjadi penjelas bagi ayat ke-107 dari surat Hud. Pada ayat ke-107 surat Hud disebutkan bahwa orang – orang kafir (sudah tentu celaka) akan kekal mendiami neraka selama ada langit dan bumi (ini merupakan bentuk penggambaran dari suatu waktu yang kekal karena seperti keberadaan langit dan bumi di dunia itu yang begitu lama, baru di’gulung’ oleh Allah ketika waktu untuk kehidupan akherat telah tiba. Kalau langit dan bumi di akherat hendak di’gulung’, apakah ada alam yang lebih ghaib lagi daripada akherat sebagai alam berikutnya?) dan orang – orang beriman yang celaka akan mendiami neraka selama kurun waktu tertentu sampai Allah SWT menghendakinya (memasuki surga). surga sebagai kehendak Allah bagi orang – orang beriman yang celaka ini terkait dengan pernyataan sesudahnya, yaitu
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki”,
kehendak Allah SWT tersebut dijelaskan oleh hadist di bawah ini,
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: “...Setelah Allah selesai memberikan keputusan untuk para hamba dan dengan rahmat-Nya Dia ingin mengeluarkan orang-orang di antara ahli neraka yang Dia kehendaki, maka Dia memerintah para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak pernah menyekutukan Allah. Itulah orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan rahmat-Nya, yang mengucap: "Laa ilaaha illallah".Para
malaikat mengenali mereka di neraka dengan adanya bekas sujud. Api neraka
memakan tubuh anak keturunan Adam, kecuali bekas sujud...” (Shahih Muslim No.267)
Sedangkan golongan bahagia kekal selama – lamanya di surga tanpa ada lagi kematian, seperti telah disebutkan dalam beberapa hadits dan ayat dibawah ini,
Dari Abu Said bin Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila para ahli surga sudah memasuki surga, maka berserulah seorang penyeru: "Sesungguhnya bagimu semua adalah dapat terus hidup, maka tidaklah engkau semua akan mati untuk selama-lamanya, engkau semua akan sehat terus, maka tidaklah engkau semua akan sakit untuk selamalamanya, engkau semua akan tetap muda, maka tidaklah engkau semua menjadi tua untuk selama-lamanya, engkau semua akan terus memperoleh kenikmatan, maka tidaklah engkau akan memperoleh kesukaran untuk selama-lamanya." (Riwayat Muslim)
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu akan berdiam di tempat yang aman sentosa (surga). Mereka mengenakan sutera halus dan sutera berkembang, sambil duduk berhadap-hadapan. Demikianlah hal ihwal para ahli surga itu. Mereka juga Kami kawinkan dengan bidadari-bidadari yang jelita matanya. Di situ mereka dapat meminta segala macam buah-buahan dengan aman dan sentosa. Di situ mereka tidak akan merasakan kematian lagi, selain kematian yang pertama (ketika di dunia dulu). Allah melindungi mereka dari siksa neraka jahim. Sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang sedemikian itu adalah suatu kebahagiaan yang agung sekali." (Qs. Ad Dukhan: 51-57)
Dari hadist dan ayat diatas, jelas bahwa penghuni surga tidak akan pernah lagi mengalami kematian, mereka hidup kekal di surga dan dilindungi Allah SWT dari tergelincir ke neraka. Hadist dan ayat di atas sebenarnya juga menjadi penjelas bagi ayat ke-108 surat Hud, “kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” Kehendak Allah pada Surat Hud ayat ke-108 ini adalah pemberian kenikmatan yang lain selain kenikmatan yang telah mereka terima, hal ini terkait dengan pernyataan sesudahnya, yaitu “sebagai karunia yang tiada putus-putusnya”.
Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman kepada ahli surga: "Hai ahli surga." Mereka berkata: "Labbaik, ya Tuhan, wa sa'daik. Segala kebaikan ada di dalam tangan kekuasaan Tuhan." Allah berfirman: "Adakah engkau semua sudah ridha?" Mereka menjawab: "Bagaimana kita tidak akan merasa ridha, ya Tuhan kami, sedangkan Engkau telah memberikan kepada kita karunia-karunia yang tidak pernah Engkau berikan kepada seorangpun dari makhluk Tuhan." Allah berfirman lagi: "Tidakkah engkau semua suka kalau Aku berikan yang lebih utama lagi dari yang sedemikian itu?" Mereka bertanya: "Apakah yang lebih utama dari yang sedemikian ini?" Allah kemudian berfirman: "Aku menempatkan keridhaanKu padamu semua maka Aku tidak akan murka padamu semua sesudah saat ini untuk selama-lamanya." (Muttafaq 'alaih)
Dari Shuhaib r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau semua ahli surga sudah memasuki surga, lalu Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "Adakah sesuatu yang engkau semua inginkan supaya Aku dapat menambahkan kenikmatan itu padamu semua?" Mereka menjawab: "Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kita (menjadikan wajah-wajah kita bercahaya)? Bukankah Engkau telah memasukkan kita dalam surga dan menyelamatkan kita dari neraka?" Kemudian tersingkaplah tabir (yang menutupi Dzat Allah Ta'ala). Maka tidak ada suatu kenikmatan yang diberikan kepada para ahli surga itu yang lebih mereka sukai daripada melihat kepada Dzatnya Tuhan mereka." (Riwayat Muslim)
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al Baqarah : 82)
“Allah berfirman: ‘Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar’.” (Qs. Al Maaidah : 119)
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al A’raaf : 42)
“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (Qs. Al Hijr : 48)
Ayat – ayat di atas menjadi bukti yang jelas bahwa orang – orang beriman kelak akan menghuni surga untuk selama - lamanya. Orang – orang yang beriman tetapi imannya lemah (timbangan amal buruknya lebih berat daripada amal kebaikannya) maka sebelum memasuki surga mereka akan disucikan terlebih dulu di neraka, seperti yang bisa kita renungkan dari surat Hud dibawah ini :
105. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
106. Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih).
107. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.
108. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.
Pada hari kiamat manusia akan dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu kelompok manusia yang celaka (karena masuk neraka) dan kelompok manusia yang bahagia (karena masuk surga). Golongan bahagia sudah tentu terdiri dari orang – orang beriman tetapi golongan celaka belum tentu semuanya terdiri dari orang – orang kafir karena orang – orang yang imannya lemah juga terlebih dulu memasuki neraka sebelum ke surga seperti dijelaskan oleh hadist di bawah ini :
Dari Ibnu Mas'ud r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya saya mengetahui orang dari golongan ahli neraka yang terakhir sekali keluarnya dari neraka itu dan ia pulalah orang dari golongan ahli surga yang terakhir sekali masuknya dalam surga. Yaitu seorang lelaki yang keluar dari neraka dengan merangkak, lalu Allah 'Azzawajalla berfirman padanya: ‘Pergilah -menjauhi dari neraka- dan masuklah dalam surga.’ …” kemudian beliau bersabda: “Yang sedemikian itu tingkat yang terendah sekali dari golongan para ahli surga.” (Muttafaq 'alaih)
Hadist di atas menjadi penjelas bagi ayat ke-107 dari surat Hud. Pada ayat ke-107 surat Hud disebutkan bahwa orang – orang kafir (sudah tentu celaka) akan kekal mendiami neraka selama ada langit dan bumi (ini merupakan bentuk penggambaran dari suatu waktu yang kekal karena seperti keberadaan langit dan bumi di dunia itu yang begitu lama, baru di’gulung’ oleh Allah ketika waktu untuk kehidupan akherat telah tiba. Kalau langit dan bumi di akherat hendak di’gulung’, apakah ada alam yang lebih ghaib lagi daripada akherat sebagai alam berikutnya?) dan orang – orang beriman yang celaka akan mendiami neraka selama kurun waktu tertentu sampai Allah SWT menghendakinya (memasuki surga). surga sebagai kehendak Allah bagi orang – orang beriman yang celaka ini terkait dengan pernyataan sesudahnya, yaitu
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki”,
kehendak Allah SWT tersebut dijelaskan oleh hadist di bawah ini,
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: “...Setelah Allah selesai memberikan keputusan untuk para hamba dan dengan rahmat-Nya Dia ingin mengeluarkan orang-orang di antara ahli neraka yang Dia kehendaki, maka Dia memerintah para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak pernah menyekutukan Allah. Itulah orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan rahmat-Nya, yang mengucap: "Laa ilaaha illallah".
Sedangkan golongan bahagia kekal selama – lamanya di surga tanpa ada lagi kematian, seperti telah disebutkan dalam beberapa hadits dan ayat dibawah ini,
Dari Abu Said bin Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila para ahli surga sudah memasuki surga, maka berserulah seorang penyeru: "Sesungguhnya bagimu semua adalah dapat terus hidup, maka tidaklah engkau semua akan mati untuk selama-lamanya, engkau semua akan sehat terus, maka tidaklah engkau semua akan sakit untuk selamalamanya, engkau semua akan tetap muda, maka tidaklah engkau semua menjadi tua untuk selama-lamanya, engkau semua akan terus memperoleh kenikmatan, maka tidaklah engkau akan memperoleh kesukaran untuk selama-lamanya." (Riwayat Muslim)
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu akan berdiam di tempat yang aman sentosa (surga). Mereka mengenakan sutera halus dan sutera berkembang, sambil duduk berhadap-hadapan. Demikianlah hal ihwal para ahli surga itu. Mereka juga Kami kawinkan dengan bidadari-bidadari yang jelita matanya. Di situ mereka dapat meminta segala macam buah-buahan dengan aman dan sentosa. Di situ mereka tidak akan merasakan kematian lagi, selain kematian yang pertama (ketika di dunia dulu). Allah melindungi mereka dari siksa neraka jahim. Sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang sedemikian itu adalah suatu kebahagiaan yang agung sekali." (Qs. Ad Dukhan: 51-57)
Dari hadist dan ayat diatas, jelas bahwa penghuni surga tidak akan pernah lagi mengalami kematian, mereka hidup kekal di surga dan dilindungi Allah SWT dari tergelincir ke neraka. Hadist dan ayat di atas sebenarnya juga menjadi penjelas bagi ayat ke-108 surat Hud, “kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” Kehendak Allah pada Surat Hud ayat ke-108 ini adalah pemberian kenikmatan yang lain selain kenikmatan yang telah mereka terima, hal ini terkait dengan pernyataan sesudahnya, yaitu “sebagai karunia yang tiada putus-putusnya”.
Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman kepada ahli surga: "Hai ahli surga." Mereka berkata: "Labbaik, ya Tuhan, wa sa'daik. Segala kebaikan ada di dalam tangan kekuasaan Tuhan." Allah berfirman: "Adakah engkau semua sudah ridha?" Mereka menjawab: "Bagaimana kita tidak akan merasa ridha, ya Tuhan kami, sedangkan Engkau telah memberikan kepada kita karunia-karunia yang tidak pernah Engkau berikan kepada seorangpun dari makhluk Tuhan." Allah berfirman lagi: "Tidakkah engkau semua suka kalau Aku berikan yang lebih utama lagi dari yang sedemikian itu?" Mereka bertanya: "Apakah yang lebih utama dari yang sedemikian ini?" Allah kemudian berfirman: "Aku menempatkan keridhaanKu padamu semua maka Aku tidak akan murka padamu semua sesudah saat ini untuk selama-lamanya." (Muttafaq 'alaih)
Dari Shuhaib r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau semua ahli surga sudah memasuki surga, lalu Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "Adakah sesuatu yang engkau semua inginkan supaya Aku dapat menambahkan kenikmatan itu padamu semua?" Mereka menjawab: "Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kita (menjadikan wajah-wajah kita bercahaya)? Bukankah Engkau telah memasukkan kita dalam surga dan menyelamatkan kita dari neraka?" Kemudian tersingkaplah tabir (yang menutupi Dzat Allah Ta'ala). Maka tidak ada suatu kenikmatan yang diberikan kepada para ahli surga itu yang lebih mereka sukai daripada melihat kepada Dzatnya Tuhan mereka." (Riwayat Muslim)
Sifat kekal ruh dapat kita renungkan dari hukum kekekalan
energi. Ketika minyak kita bakar maka akan timbul api yang bersifat panas dan
juga cahaya yang memancar. Ketika minyak habis terbakar maka esensi minyak yang
berupa energi kimiawi berubah menjadi energi panas dan cahaya, yang kemudian
diserap oleh benda – benda disekitarnya. Esensi minyak tetap ada, hanya saja
setelah terbakar habis, berubah wujud dan berpindah tempat. Ketika gelas berisi
air jatuh dan pecah berkeping – keping maka air yang semula berada di dalam
gelas tidak bisa dikatakan musnah. Karena air tersebut kembali diserap bumi
menjadi mata air atau menguap karena panas matahari. Ketika air menguap esensi
air berubah wujud dan diserap oleh udara dan benda – benda disekitarnya. Energi
kimiawi, energi panas, energi cahaya atau apapun wujudnya dia tetaplah energi
kehidupan yang terjaga kuantitas totalnya.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar