Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
SURGA INDRAWI






Siapapun yang tinggal di Indonesia seharusnya banyak - banyak bersyukur. Terlepas dari budaya korup, alam indonesia begitu indah dan kaya dengan keanekaragaman satwa, tumbuh-tumbuhan, mineral. Mata kita dimanja dengan pesona keindahan alam Indonesia. Tidak hanya Bali, hampir seluruh pelosok negeri menyimpan berjuta potensi wisata yang diantaranya masih belum tersentuh oleh pemerintah daerah maupun pusat.
Sering orang mengatakan bahwa alam indonesia adalah surganya dunia. Hal ini adalah suatu yang benar bila dikaitkan dengan keindahan, keserasian, keanekaragaman warna yang bisa ditangkap panca indra. Tetapi pertanyaannya adalah ketika mata kita cacat, telinga kita cacat, apakah keindahan alam tersebut masih berlaku sebagai surga bagi kita ? Ketika panca indra kita terganggu maka fungsi pengindraan digantikan oleh hati kita.
Definisi keindahan bagi panca indra berbeda dengan definisi keindahan bagi hati. Rumput hijau bagi seekor kambing merupakan makanan yang lezat tetapi bagi seekor harimau merupakan barang yang tak berharga. Bila dihadapan seorang bocah balita ditaruh permen beraneka warna dan uang kertas seratus ribuan maka bocah balita tersebut lebih banyak memilih permen yang beraneka warna daripada uang seratus ribuan.
Pantai Parangtritis merupakan salah satu tempat yang indah, salah satu tetesan surga di bumi Indonesia. Tetapi ketika bencana alam memporak porandakan segalanya, yang tersisa hanya serakan sampah dan puing-puing kotor, surga Parangtritis seketika lenyap dari pandangan kita. Ketika saku kita penuh dengan lipatan uang maka apapun yang kita inginkan terpenuhi dengan cepat. Harta benda menjadi surga kita. Tetapi ketika kita kehilangan pekerjaan, surga tersebut seketika lenyap berganti dengan kedukaan.
Hati kita memerlukan surga yang abadi, tidak tersentuh kerusakan. Bila kita hanya terpaku dengan surga indrawi maka suatu waktu hati kita bisa tertimpa bencana, kedukaan dan kesedihan. Sedangkan hati adalah bagian yang nantinya merasakan dan mengidentifikasi surga dan neraka di akherat. Hati yang terbiasa dan terikat dengan surga indrawi sukar untuk merasakan dan mengidentifikasi surga akherat. Surga indrawi menjadi hijab dan penghalang hati dengan keindahan surga akherat.
Islam tidak melarang kita untuk mereguk kenikmatan dunia tetapi jangan sampai kenikmatan dunia ini menguasai hati kita. memasuki dan mengeram di relung terdalam hati kita. Kenikmatan dunia boleh boleh saja asal tidak berlebihan dan menjadi objek cinta kita.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar