Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
NEGERI PERTEMUAN DUA SUNGAI





Negeri ini negeri pelangi kawan
Pesona alamnya tak tertandingi
Bertutur tentang keindahan surgawi
Tiap sudut punya cerita sendiri
Dulu yang berkembang adalah cerita alami
Mengandung hikmah nan wangi
Cerita tentang akhlak terhadap alam
Merawat dan melestarikan lingkungan
Hingga manfaat bisa dipetik sepanjang zaman
Tapi kini setelah ujung negeri ada di ujung jari
Anak negeri kehilangan jati diri
Budaya ginseng menjadi menu santapan
Dan obat yang harus diminum tiga kali sehari
Ibarat burung kenari mengagumi suara burung hantu
Tarian kuda binalpun bagai madu
Padahal racun yang mencekik kalbu
Tanpa adab tanpa malu
Negeri ini punya seribu satu cerita kawan
Ujung barat duka tsunami
Tua muda besar kecil berlari selamatkan diri
Dari terjangan air bah yang datang tanpa permisi
Gelombang pasang pembersih jelaga insani
Debu secuil hanya butuh kain secuil
Dapatkan lidi mengusir sampah segunung kawan
Jelaga berlimpah perlu bergulung kain juga
Ujung timur hujatan suku asli
Berteriak sesali sepak terjang muka keji
Harta karun negeri ini dijarah tamu kawan
Atas undangan jamuan santap malam bumi pertiwi
Sedangkan bapak negeri tertawa mengundang pesona
Demi kelanggengan kursi dan tahta
Anak negeri merana disudut reruntuhan hati
Tersedu menahan gejolak maksud tak terpenuhi
Kehormatan adalah masa lalu yang sudah mati
Tetangga dekatpun berani memaki dan mengangkangi
Aturan permainan adalah demi aku dan untuk aku
Bila harga diri sudah ditukar sekeping batu
Maka tunggulah kehancuran didepan pintu
Di utara beribu hutan tergunduli
Oleh pribadi kasar tak kenal kompromi
Yang senantiasa berpikir apa yang bisa dihabisi
Bila kearifan ilmu ditukar kebringasan nafsu
Maka bencana demi bencana antri menunggu
Di selatan lumpur panas membanjiri
Menggali nafsu tanpa pernah berhenti
Melampiaskan keinginan tak terkendali
Berharap manfaat justru kiamat
Kenapa ini bisa terjadi kawan
Semua karena lupa mati
Hanya berpikir tentang saat ini
Kalau kalian perduli nasib negeri ini
Dengarkanlah keluhanku berikut ini
Negeri ini negerinya manusia kawan
Diseberang barat sana negeri malaikat
Sebelah timur sini negeri para demit
Negeri ini negerinya manusia kawan
Makhluk penuh warna
Dan akal durjana
Adakah makhluk serumit manusia
Dalam hal penciptaan dan perannya
Kalau kalian memahami hal ini
Maka kalian tanpa sadar berucap
Negeri ini penuh warna kawan
Mencari rajanya malaikat di sini tempatnya
Mencari rajanya durjana di sini juga tempatnya
Negeri ini negeri pertemuan kawan
Malaikatnya malaikat dan demitnya demit bertemu disini
Negeri ini pasar besar dunia kawan
Dagangan apapun ada disini
Mencari emas berlian di sini tempatnya
Mencari rongsokan disini tempatnya
Negeri ini negeri dua sungai kawan
Sungai kegelapan dan sungai kejernihan
Malaikat mengambil gayung di sungai kejernihan
Demit mengambil gayung di sungai kegelapan
Anak negeri ini terbelah dua kawan
Yang satu menerima gayung dan membeli dagangan malaikat
Dua sisi terpejam larut dalam khidmat
Yang lain menyambut gayung dan menikmati sajian demit
Dikitari wanita telanjang dengan tarian memikat
Ceritakan kepadaku kawan
Adakah negeri serumit sini
Negeri ini penuh tetesan air mata kawan
Air mata para ksatria murni
Yang tegak berdiri di malam sepi
Pejuang kematian sejati
Mati untuk hidup hidup untuk mati
Tetapi negeri ini juga penuh limpahan darah kawan
Darah pertikaian tanpa kenal selesai
Memperebutkan sekerat daging busuk
Yang membius santapan pemabuk
Ceritakan padaku kawan
Adakah yang lebih bodoh dari memperebutkan daging busuk ?
Dimanakah gerangan hilangnya pahlawan sejati
Yang berjuang dengan hati
Tanpa pernah berharap pujian sehari
Karena tahu ada dunia abadi tanpa hari
Negeri ini bukan negeri seribu satu malam kawan
Aneka ragam cerita beredar disini
Bukan dongeng bukan halusinasi
Tetapi kenyataan yang terbentang saban hari
Negeri ini kaya cara
Aneka ragam gerak budaya
Tetapi bahasanya cuma satu
Bahasa harta bahasa benda
Tangisannya karena dunia
Tertawanya untuk dunia
Pemberian berharap kelipatan dunia
Keramahan bersanding pujian dunia
Kefasihannya masalah dunia
Pandangannya tidak berpaling dari dunia
Pikirannya sibuk melahirkan dunia
Pagi hingga malam mengitari penjuru dunia
Tidak pernah puas melahap dunia
Tetapi mengaku tahu makna
Merasa dekat Sang Raja
Ahli hikmah lagi bijaksana
Sekedar ilusi tiada habis habisnya
Tanpa dasar sumber cahaya
Mata air tujuh lapis makna
Hanya angan semata
Tertipu musuh durjana
Sungguh sulit mengajak bicara
Bila sudah terbuai kidung maya
Teriakan penyerupun tidak lagi masuk telinga
Bukan filosof bukan pula pujangga
Yang menyatakan dunia fitnah semata
Tetapi ujar Sang Raja
Nabipun berkata sama
Sekedar bangkai anjing tanpa makna
Tetapi dianggap karunia dan pahala
Adakah Sang Raja Mulia Memberi bangkai sebagai pahala ?
Adakah Sang Raja Mulia berkata jangan tetapi memberikannya ?
Demikian ini ilmu atau anggapan semata ?
Duh Gusti hilang musnah kawan sejati
Yang bisa bersanding berdiskusi
Tentang risalah hati
Berteman cawan anggur murni
Dengan alunan qosidah maknawi
Tentang esok di hapadan Raja azali
Duh negeriku
Harum surga tercium di ujung sana
Bau busuk neraka terhirup disini
Ceritakan kepadaku adakah negeri secantik sini
Terbungkus pesona alam surgawi
Mutiara nan elok tersebar disana sini
Tetapi tercemar tindakan anak negeri
Yang bertuhan nafsu diri
Cerita masa lalu cerita masa kini
Beragam gaya dan aksi
Mengharu biru ataupun berbinar pelangi
Menghiasi negeri ini
Beribu kapal tenggelam
Beribu pesawat hancur di jurang
Ini bukan basa basi kawan
Tetapi kenyataan sebagai ibarat
Bahwa bahtera tak layak muat
Karena penuh dengan noda syahwat
Syahwat keinginan yang kian meningkat
Cinta harta benda yang melekat kuat
Membentuk karat menumpuk hijab
Penghalang pandangan rahmat
Adakah bahtera penuh karat berjalan cepat
Bila mencari sejarah lihatlah bahtera nuh
Yang kokoh menampung umat
Dibangun dengan pondasi kuat ketulusan niat
Berlayar khidmat menuju tempat selamat
Segala bencana bukanlah cerita sekedar numpang lewat
Tetapi akibat dari sebab
Sebagai bahan perbaikan adab
Duh negeriku
Bolehlah dikau kaya warna
Tetapi jangan sampai hilang makna
Pesona alamnya tak tertandingi
Bertutur tentang keindahan surgawi
Tiap sudut punya cerita sendiri
Dulu yang berkembang adalah cerita alami
Mengandung hikmah nan wangi
Cerita tentang akhlak terhadap alam
Merawat dan melestarikan lingkungan
Hingga manfaat bisa dipetik sepanjang zaman
Tapi kini setelah ujung negeri ada di ujung jari
Anak negeri kehilangan jati diri
Budaya ginseng menjadi menu santapan
Dan obat yang harus diminum tiga kali sehari
Ibarat burung kenari mengagumi suara burung hantu
Tarian kuda binalpun bagai madu
Padahal racun yang mencekik kalbu
Tanpa adab tanpa malu
Negeri ini punya seribu satu cerita kawan
Ujung barat duka tsunami
Tua muda besar kecil berlari selamatkan diri
Dari terjangan air bah yang datang tanpa permisi
Gelombang pasang pembersih jelaga insani
Debu secuil hanya butuh kain secuil
Dapatkan lidi mengusir sampah segunung kawan
Jelaga berlimpah perlu bergulung kain juga
Ujung timur hujatan suku asli
Berteriak sesali sepak terjang muka keji
Harta karun negeri ini dijarah tamu kawan
Atas undangan jamuan santap malam bumi pertiwi
Sedangkan bapak negeri tertawa mengundang pesona
Demi kelanggengan kursi dan tahta
Anak negeri merana disudut reruntuhan hati
Tersedu menahan gejolak maksud tak terpenuhi
Kehormatan adalah masa lalu yang sudah mati
Tetangga dekatpun berani memaki dan mengangkangi
Aturan permainan adalah demi aku dan untuk aku
Bila harga diri sudah ditukar sekeping batu
Maka tunggulah kehancuran didepan pintu
Di utara beribu hutan tergunduli
Oleh pribadi kasar tak kenal kompromi
Yang senantiasa berpikir apa yang bisa dihabisi
Bila kearifan ilmu ditukar kebringasan nafsu
Maka bencana demi bencana antri menunggu
Di selatan lumpur panas membanjiri
Menggali nafsu tanpa pernah berhenti
Melampiaskan keinginan tak terkendali
Berharap manfaat justru kiamat
Kenapa ini bisa terjadi kawan
Semua karena lupa mati
Hanya berpikir tentang saat ini
Kalau kalian perduli nasib negeri ini
Dengarkanlah keluhanku berikut ini
Negeri ini negerinya manusia kawan
Diseberang barat sana negeri malaikat
Sebelah timur sini negeri para demit
Negeri ini negerinya manusia kawan
Makhluk penuh warna
Dan akal durjana
Adakah makhluk serumit manusia
Dalam hal penciptaan dan perannya
Kalau kalian memahami hal ini
Maka kalian tanpa sadar berucap
Negeri ini penuh warna kawan
Mencari rajanya malaikat di sini tempatnya
Mencari rajanya durjana di sini juga tempatnya
Negeri ini negeri pertemuan kawan
Malaikatnya malaikat dan demitnya demit bertemu disini
Negeri ini pasar besar dunia kawan
Dagangan apapun ada disini
Mencari emas berlian di sini tempatnya
Mencari rongsokan disini tempatnya
Negeri ini negeri dua sungai kawan
Sungai kegelapan dan sungai kejernihan
Malaikat mengambil gayung di sungai kejernihan
Demit mengambil gayung di sungai kegelapan
Anak negeri ini terbelah dua kawan
Yang satu menerima gayung dan membeli dagangan malaikat
Dua sisi terpejam larut dalam khidmat
Yang lain menyambut gayung dan menikmati sajian demit
Dikitari wanita telanjang dengan tarian memikat
Ceritakan kepadaku kawan
Adakah negeri serumit sini
Negeri ini penuh tetesan air mata kawan
Air mata para ksatria murni
Yang tegak berdiri di malam sepi
Pejuang kematian sejati
Mati untuk hidup hidup untuk mati
Tetapi negeri ini juga penuh limpahan darah kawan
Darah pertikaian tanpa kenal selesai
Memperebutkan sekerat daging busuk
Yang membius santapan pemabuk
Ceritakan padaku kawan
Adakah yang lebih bodoh dari memperebutkan daging busuk ?
Dimanakah gerangan hilangnya pahlawan sejati
Yang berjuang dengan hati
Tanpa pernah berharap pujian sehari
Karena tahu ada dunia abadi tanpa hari
Negeri ini bukan negeri seribu satu malam kawan
Aneka ragam cerita beredar disini
Bukan dongeng bukan halusinasi
Tetapi kenyataan yang terbentang saban hari
Negeri ini kaya cara
Aneka ragam gerak budaya
Tetapi bahasanya cuma satu
Bahasa harta bahasa benda
Tangisannya karena dunia
Tertawanya untuk dunia
Pemberian berharap kelipatan dunia
Keramahan bersanding pujian dunia
Kefasihannya masalah dunia
Pandangannya tidak berpaling dari dunia
Pikirannya sibuk melahirkan dunia
Pagi hingga malam mengitari penjuru dunia
Tidak pernah puas melahap dunia
Tetapi mengaku tahu makna
Merasa dekat Sang Raja
Ahli hikmah lagi bijaksana
Sekedar ilusi tiada habis habisnya
Tanpa dasar sumber cahaya
Mata air tujuh lapis makna
Hanya angan semata
Tertipu musuh durjana
Sungguh sulit mengajak bicara
Bila sudah terbuai kidung maya
Teriakan penyerupun tidak lagi masuk telinga
Bukan filosof bukan pula pujangga
Yang menyatakan dunia fitnah semata
Tetapi ujar Sang Raja
Nabipun berkata sama
Sekedar bangkai anjing tanpa makna
Tetapi dianggap karunia dan pahala
Adakah Sang Raja Mulia Memberi bangkai sebagai pahala ?
Adakah Sang Raja Mulia berkata jangan tetapi memberikannya ?
Demikian ini ilmu atau anggapan semata ?
Duh Gusti hilang musnah kawan sejati
Yang bisa bersanding berdiskusi
Tentang risalah hati
Berteman cawan anggur murni
Dengan alunan qosidah maknawi
Tentang esok di hapadan Raja azali
Duh negeriku
Harum surga tercium di ujung sana
Bau busuk neraka terhirup disini
Ceritakan kepadaku adakah negeri secantik sini
Terbungkus pesona alam surgawi
Mutiara nan elok tersebar disana sini
Tetapi tercemar tindakan anak negeri
Yang bertuhan nafsu diri
Cerita masa lalu cerita masa kini
Beragam gaya dan aksi
Mengharu biru ataupun berbinar pelangi
Menghiasi negeri ini
Beribu kapal tenggelam
Beribu pesawat hancur di jurang
Ini bukan basa basi kawan
Tetapi kenyataan sebagai ibarat
Bahwa bahtera tak layak muat
Karena penuh dengan noda syahwat
Syahwat keinginan yang kian meningkat
Cinta harta benda yang melekat kuat
Membentuk karat menumpuk hijab
Penghalang pandangan rahmat
Adakah bahtera penuh karat berjalan cepat
Bila mencari sejarah lihatlah bahtera nuh
Yang kokoh menampung umat
Dibangun dengan pondasi kuat ketulusan niat
Berlayar khidmat menuju tempat selamat
Segala bencana bukanlah cerita sekedar numpang lewat
Tetapi akibat dari sebab
Sebagai bahan perbaikan adab
Duh negeriku
Bolehlah dikau kaya warna
Tetapi jangan sampai hilang makna





Tidak ada komentar:
Posting Komentar