Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
Mimpi Terindah






Mimpi terindah
Yang datang menggoda
Mengusik angan yang bercanda
Aku terjaga
Dari khayal rasa
Kecewa krn kau tiada
Dengarlah kasih
Jeritan hati
Mungkinkah kau kumiliki
Sehelai cinta
Yang aku cari
Mungkinkah kau sudi berbagi
Aku berharap waktu tak bergerak
Agar dapat kau kudekap
Mimpi yang indah
Saat hati gundah
Obat hati yang terbelah
Kekasih hati
Mungkinkah kau tahu
Kusangat merindukanmu
Andaikan saja
Kau balas cintaku
Inilah mimpi yang terindah
Saudaraku lagu diatas
memiliki dua sayap, sayap yang mengantar ke tujuan dunia dan sayap yang
mengantar ke tujuan akherat. Setiap informasi yang datang kepada kita membentuk
‘gambaran’ sesuai dengan kondisi hati masing-masing orang. Seorang yang sedang
kasmaran kepada pasangannya maka yang hadir mengiringi lagu tersebut adalah
kekasih dunianya. Tetapi bagi seorang sufi, lagu tersebut menggetarkan seluruh
persendiannya, membuat jiwanya terbang, menginginkan pertemuan dengan Sang
Kekasih Sejati, Allah dan RasulNya. Cinta, ya Cinta adalah energi yang membuat
seseorang bergerak menuju apa yang diinginkannya. Sejenis apakah cintamu, itu
juga yang menentukan tujuan hidupmu.
Saudaraku, sebenarnya setiap nada (lagu)
munculnya (berawal) dari dalam jiwa kita. Keaslian dari nada tersebut merupakan
lagu cinta Allah kepada Rasulullah saw. Rasulullah adalah objek cinta Allah. Dunia
ini, bahkan seluruh alam tercipta karena wujud cinta Allah kepada Rasulullah
saw, sang Habibullah (kekasih Allah). Nada-nada cinta Allah ini muncul ke
permukaan menjadi berbeda-beda warnanya pada masing-masing orang karena kondisi
hati setiap orang juga berbeda. Kebersihan hati menentukan jenis cinta dan
kadarnya. Kebersihan hati menentukan neraka atau surga yang sedang kita bina.
Saudaraku, berhati-hatilah menulis
di lembaran media internet. Media internet adalah seperti yang dimaksud oleh
surat At Thur ayat 3,
فِي
رَقٍّ مَنْشُورٍ
“pada
lembaran yang terbuka,”
Setiap tulisan kita, posting kita
di media internet adalah menjadi lembaran catatan kita. Kita sendiri yang
merangkai nasib. Lembaran catatan ini yang akan menuntun kita, ke neraka atau
surga. Apakah warna postingan kita, putih atau gelap. Postingan fitnah pun akan
berwarna gelap apalagi postingan penuh foto cabul, apakah ada manfaatnya??? Lembaran ini tetap tidak akan berubah kecuali dengan taubatan nashuha.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar