Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
HIKMAH PUASA






Ibadah
puasa hanya dilakukan oleh manusia sedangkan para malaikat tidak. Keberadaan
nafsu pada diri manusia menyebabkan manusia, setiap saat lupa akan keberadaan
Tuhannya. Bertindak melampaui batas. Menerjang segala norma agama demi mencapai
tujuan. Tidak seperti manusia, para malaikat tidak memiliki nafsu. Mereka dapat
beribadah sepanjang waktu tanpa pernah merasa terganggu. Tetapi keberadaan
nafsu memang diperlukan oleh manusia untuk dapat hidup di alam dunia dan
mengemban amanat ‘kekhalifahan’ dari Allah SWT. Puasa diperlukan manusia untuk
membersihkan jiwanya dari belenggu ikatan nafsu yang cenderung mencintai harta-benda
duniawi. Air sungai yang keruh oleh kotoran dan polusi harus diberi dzat kapur
untuk membuatnya kembali jernih. Begitu juga fungsi puasa. Puasa secara
lahiriah mengosongkan perut dari makanan dan minuman selama setengah hari,
secara batin mengosongkan jiwa dari segala kecintaan terhadap harta-benda
duniawi.
Cinta harta-benda duniawi ibarat gaya berat gravitasi bumi. Gaya berat ini membuat manusia tidak dapat terbang seperti burung. Untuk mengurangi berat badan tentu saja harus mengurangi makan dan minum. Begitu juga dengan jiwa. Agar jiwa dapat terbang menembus langit ketujuh maka jiwa haruslah dikurangi bebannya, yaitu beban dan tanggungan yang membuatnya tidak dapat berpikir tentang alam akherat dan kebenaran. Beban yang membuatnya senantiasa habis waktu untuk berpikir dan mengejar dunia. Harta-benda bukannya dilarang tetapi cinta, yang membuat lupa terhadap kehidupan akherat dan kebenaran, yang harus dikurangi bahkan dihilangkan. Dan puasa merupakan alat yang ampuh untuk melepas segala ikatan yang memenjara jiwa. Puasa membuat daya nafsu melemah. Sehingga diharapkan jiwa terkontrol oleh pemikiran yang lebih jernih, bukan lagi oleh pemikiran yang terburu-buru dan melampaui batas.
Tindakan manusia terjadi atas dasar petunjuk yang datang pada jiwa. Jika petunjuk yang datang kurang bisa diterima dengan baik atau bahkan tidak ‘tertangkap’ sama sekali maka keputusan yang diambil adalah keputusan yang terkendali oleh nafsu. Tidak dapat ditangkapnya petunjuk yang datang bisa jadi karena teramat banyaknya frekuensi pengganggu yaitu pikiran yang simpang-siur menginginkan segala sesuatu sebagai efek dari bertumpuknya dosa maksiat. Seperti halnya suatu ruangan yang penuh dengan barang-barang maka cahaya tidak leluasa menerangi seluruh ruangan, kegelapan akan tercipta pada beberapa bagian. Begitu juga dengan jiwa, kegelapan yang terjadi menyebabkan cahaya petunjuk tidak leluasa menerangi setiap permasalahan. Puasa dan dzikir akan dapat membantu mengurangi bahkan melenyapkan kegelapan tersebut. Wallahu ‘alam bish shawab.

Cinta harta-benda duniawi ibarat gaya berat gravitasi bumi. Gaya berat ini membuat manusia tidak dapat terbang seperti burung. Untuk mengurangi berat badan tentu saja harus mengurangi makan dan minum. Begitu juga dengan jiwa. Agar jiwa dapat terbang menembus langit ketujuh maka jiwa haruslah dikurangi bebannya, yaitu beban dan tanggungan yang membuatnya tidak dapat berpikir tentang alam akherat dan kebenaran. Beban yang membuatnya senantiasa habis waktu untuk berpikir dan mengejar dunia. Harta-benda bukannya dilarang tetapi cinta, yang membuat lupa terhadap kehidupan akherat dan kebenaran, yang harus dikurangi bahkan dihilangkan. Dan puasa merupakan alat yang ampuh untuk melepas segala ikatan yang memenjara jiwa. Puasa membuat daya nafsu melemah. Sehingga diharapkan jiwa terkontrol oleh pemikiran yang lebih jernih, bukan lagi oleh pemikiran yang terburu-buru dan melampaui batas.
Tindakan manusia terjadi atas dasar petunjuk yang datang pada jiwa. Jika petunjuk yang datang kurang bisa diterima dengan baik atau bahkan tidak ‘tertangkap’ sama sekali maka keputusan yang diambil adalah keputusan yang terkendali oleh nafsu. Tidak dapat ditangkapnya petunjuk yang datang bisa jadi karena teramat banyaknya frekuensi pengganggu yaitu pikiran yang simpang-siur menginginkan segala sesuatu sebagai efek dari bertumpuknya dosa maksiat. Seperti halnya suatu ruangan yang penuh dengan barang-barang maka cahaya tidak leluasa menerangi seluruh ruangan, kegelapan akan tercipta pada beberapa bagian. Begitu juga dengan jiwa, kegelapan yang terjadi menyebabkan cahaya petunjuk tidak leluasa menerangi setiap permasalahan. Puasa dan dzikir akan dapat membantu mengurangi bahkan melenyapkan kegelapan tersebut. Wallahu ‘alam bish shawab.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar