Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
Indonesia Menuju Kesempurnaan






Setiap angka bilangan memiliki makna batin. Angka bilangan terendah adalah 0 (nol), sedangkan yang tertinggi adalah 9 (Sembilan). Angka bilangan yang lebih dari sembilan dapat disederhanakan menjadi angka bilangan tunggal dengan menjumlahkan semua digit angka bilangan tersebut. Seperti misalnya angka bilangan 99 mewakili karakter angka 9 karena bila setiap digitnya dijumlah menjadi angka bilangan 18, dan angka bilangan 18 dijumlahkan kembali setiap digitnya menjadi 9.
Makna batin setiap angka bilangan
berturut – turut sebagai berikut :
0, melambangkan ketiadaan,
kefanaan atau kematian.
1, melambangkan hakekat, wujud, saripati
kehidupan. Dalam sistem tata-surya merupakan ibarat matahari. Kalau pada
manusia merupakan ibarat pusat kesadaran yang ada direlung dalam hati atau kita
sering menyebutnya sebagai hati sanubari. Dalam falsafah jawa merupakan pusat
kesadaran atau kalimo pancer.
2, melambangkan pembungkus atau
penghimpun ketiadaan sekaligus kehidupan atau saklar on/off. Dalam sistem
tata-surya merupakan ibarat bulan yang menerima pantulan cahaya dari matahari. pada
manusia merupakan sisi dalam (bagian yang menghadap pusat kesadaran) dari hati
(kalbu) atau kita sering menyebutnya sebagai indra keenam (kepekaan batin).
Jika matahari ibarat kalbunya Rasulullah SAW, yang senantiasa hidup maka bulan
merupakan kalbunya manusia lainnya yang kadang hidup dan mati, karena cahaya
yang dimiliki bulan ‘hanya’ pantulan dari cahaya matahari.
3, melambangkan akal pikiran yang
menerima pantulan cahaya petunjuk dari hati. Cahaya petunjuk datangnya bukan
dari luar tetapi dari dalam memancar keluar. Berjalan dari intisari kehidupan,
menuju ke hati dan diteruskan ke akal pikiran. Oleh karena itu seseorang yang
mendapatkan petunjuk merasakan dorongan untuk membagi petunjuk yang ia terima
kepada orang lain disekitarnya sesuai dengan sifat cahaya yang memancar dan
menyebar keluar. Akal pikiran merupakan bagian dari hati juga tetapi sebagai
sisi yang menghadap keluar.
4, melambangkan lapisan terluar
dari batin manusia yang membungkus pusat kesadaran, hati dan akal pikiran. Kita
sering menyebutnya sebagai jiwa. Jiwa diibaratkan sebagai bumi. Jiwa manusia
dipengaruhi oleh empat unsur pembentuk jasmani manusia yaitu unsur tanah, air,
udara dan api. Atau dalam falsafah jawa dikenal sebagai sedulur papat.
5, melambangkan lima indra
jasmaniah yang dimiliki manusia. Menjadi pintu masuk pengetahuan yang diterima
dari luar.
6, melambangkan keenam arah yang
mengelilingi tubuh manusia. Keenam arah ini memberi nuansa bentuk tiga dimensi
pada tubuh manusia. Didalam tubuh manusia sendiri merupakan enam sistem yang
mengendalikan kehidupan yaitu sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem
pencernaan makanan, sistem imunitas, sistem sekresi (pengeluaran), dan sistem
syaraf.
7, melambangkan tujuh keadaan
atau keilmuan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu
jumlah hari dalam seminggu ada tujuh dengan tujuan agar hati menerima perubahan
atau kondisi yang berbeda-beda setiap harinya hingga tercapai kemantapan atau
kestabilan. Begitu juga tawaf mengelingi ka’bah dan sai dilakukan tujuh kali.
Untuk mencapai pusat bumi maupun pusat matahari juga harus menembus tujuh
lapisan yang menyelimutinya. Setelah melampaui keenam bentuk arah maka sampai
pada titik dimana tiada lagi bentuk.
8, melambangkan kondisi damai
atau surga. Kondisi damai baru bisa dicapai bila mampu menyibak tujuh kondisi
hati yang berbeda.
9, melambangkan kesempurnaan
pengetahuan. Kalau dihubungkan dengan Asmaul Husna maka ke-99 Nama Allah SWT
telah mampu diserap.
Kami tidak ingin membahas secara
mendetail mengenai masalah hakekat huruf dan angka bilangan ini. Kami akan
membahasnya secara mendetail dalam sebuah buku.
Baiklah,
kali ini kami hanya ingin membahas apa sebenarnya yang akan terjadi pada
tanggal 22 juli 2014 (Penentuan hasil pilpres oleh KPU), yang mana dapat kita
uraikan secara matematis sebagai 22-7-2014. Penanggalan merupakan bentuk
hubungan antara bumi, bulan dan matahari. bagian harinya merupakan bumi, dan
tahun sebagai matahari. keduanya mengapit bulan. Bumi pada tanggal tersebut
mempunyai karakter angka bilangan 4. Bulan memancarkan karakter tujuh, begitu
juga dengan matahari. Jadi bulan menerima cahaya petunjuk matahari secara penuh
karena mempunyai karakter yang sama. Bulan sejajar dengan matahari. Angka
bilangan empat pada hakekatnya merupakan empat malaikat utama. Hanya saja empat
malaikat utama ini hanya dapat ‘terindra’ oleh pribadi yang telah (benar-benar)
‘lulus’ dalam laku batin, atau laku spiritual ahli thoriqot. Bagi orang awam
seperti kita maka keempat malaikat utama tersebut ‘mengejawantah’ dalam empat
punakawan (mengenai perubahan wujud malaikat utama ini bisa dikaji pada hadits
yang menceritakan pertemuan Nabiyullah Ibrahim AS dengan Malaikat Izrail). Yang
menarik adalah bahwa pada tanggal tersebut secara keseluruhan menunjukkan
karakter kesempurnaan ( 22+7+2014 = 2043 = 9 ). Setelah kesempurnaan maka yang
terjadi kemudian adalah ketiadaan (0), baru kemudian kehidupan kembali (1).
Kalau
ada yang mengatakan bahwa hal ini hanya utak-atik angka, sah-sah saja
pernyataan tersebut. Tetapi coba perhatikan tanggal kemerdekaan bangsa kita,
17-8-1945. Bumi berkarakter 8 (1+7=8). Bulan berkarakter 8. Matahari
berkarakter 1 (1+9+4+5=19=1+9=10=1). Bulan sejajar dengan bumi. Bangsa kita
memasuki gerbang kemerdekaan (surga=8). Tetapi kemerdekaan (surga) tersebut
belum sempurna. Ingat, surga juga bertingkat-tingkat dan tingkatan tertinggi
surga adalah kenikmatan memandang ‘wajah’ Allah SWT (99 Asmaul Husna.
9+9=18=1+8=9). Kalau tanggal 17-8-1945 adalah gerbang kemerdekaan untuk
mengenyam surga kenikmatan kebebasan. Maka tanggal 22-7-2014 merupakan gerbang
menuju surga kesempurnaan dan kejayaan bangsa. Apa benar tanggal 22-7-2014
merupakan tanggal kesempurnaan? Ingat bahwa tanggal tersebut ada pada sepuluh
malam terakhir bulan Ramadhan. Kalau menurut perhitungan kami malam tersebut (malam harinya dari tanggal 21-7-2014) merupakan malam ganjil (25) di bulan Ramadhan (maaf kami mengawali puasa pada hari Sabtu,
tanggal 28 Juni 2014). Coba kita buka kembali cara penentuan lailatul Qodar menurut
Imam besar Abu hamid Al Ghazali. Bahwa jika malam pertama bulan Ramadhan jatuh
pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadhan. Jadi malam tersebut dua hari setelah malam Lailatul Qodar. Lagi-lagi malam tersebut mengandung karakter 7 (2+5=7). Bukan
berarti kami mendukung pendapat saudara kami dari Muhammadiah. Hal ini hanya
kebetulan saja sama. Perhitungan kami beda dengan saudara kami dari
Muhammadiah. Kami berdasar perhitungan leluhur dalam serat Centhini yang telah
banyak dilupakan (jangan lebih dulu meremehkan bahwa serat centhini berisi
lebih ke soal asmara. Bila meletakkan pemikiran vulgar kebelakang maka akan dapat
menangkap hikmah terpendam dibalik isi yang tersurat). Kami tidak akan
membahasnya disini.
Mengenai
siapa gerangan yang akan memimpin bangsa besar ini? Beribu tahun lampau leluhur
kita sudah memberi isyarat. Nusantara merupakan tanah keramat. Surga yang
mengejawantah di alam lahiriah. Tidak kurang Sayyidina Ali KW, Nabiyullah
Khidir AS dan Raja Agung Iskandar Dzulkarnain pernah datang ke pulau jawa dan
menanamkan ajarannya dibumi tercinta ini. Pancasila bukanlah ajaran picisan.
Pancasila saripati ajaran Islam. Sebagaimana empat malaikat utama senantiasa
mengawal jiwa manusia yang memiliki 5 pintu pengetahuan maka empat punakawan
juga senantiasa mengawal pancasila yang menjadi pintu kepribadian bangsa. Kami
berharap ada penerbit yang mau menerbitkan uraian lengkap kami tentang berbagai
hal mengenai ajaran leluhur bangsa ini. Yang kami takutkan, sebelum melangkah menuju angka bilangan 1
(satu), harus terlebih dahulu melalui angka bilangan 0 (nol). Tahukah anda arti
angka bilangan nol??? kondisi ZERO, NIHIL, KETIADAAN APAPUN. Akhir kata coba
renungkan isyarat dari Ki Lurah Semar dibawah ini,
JAGA PERSATUAN
JANGAN MUDAH DIMANFAATKAN PIHAK LUAR
YANG SENANTIASA RAKUS
DAN MERAMPOK DISAAT KITA LENGAH





Tidak ada komentar:
Posting Komentar