Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
BERSATULAH WAHAI SAUDARAKU

Duhai kekasih
Kegelapan sudah
sampai puncaknya
Fitnah datang
bergulung-gulung tiada henti
Bagai jutaan anak
panah menerjang seluruh nadi
Apa yang bisa
kuperbuat duhai kekasih
Daku terlalu aniaya
Daku lemah tanpa daya
Kulihat bulir-bulir air
menyeruak dari pelupuk matanya
Membasahi wajahnya
yang penuh wibawa
Kami menangis bersama
Perbincangan tanpa
kata
Beliau berkata
Sadarilah selalu kelemahanmu
dan keburukanmu
Maka engkau tidak
akan sendirian
Aku yang bertindak
jikalau engkau berkehendak baik
Asal engkau tetap
musnah dari kedirian
Ucapan Laa Ilaha Illallah meniscayakan
Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah pada pikiran
Ucapan Sholawat meniscayakan
Husnuzhon Billah pada perasaan
Kesadaran akan kelemahan diri
Bersanding dengan keyakinan akan pertolonganNya
Adalah air kehidupan kaum Faqir
Air amertha yang dicari para Dewa Hindu
Ucapan Laa Ilaha Illallah meniscayakan
Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah pada pikiran
Ucapan Sholawat meniscayakan
Husnuzhon Billah pada perasaan
Kesadaran akan kelemahan diri
Bersanding dengan keyakinan akan pertolonganNya
Adalah air kehidupan kaum Faqir
Air amertha yang dicari para Dewa Hindu
Kuberanikan menatap
wajahnya
Yang bercahaya,
bersih tanpa noda
Duhai Kekasih
janganlah menangis
Demi Engkau duhai
kekasih
Daku bersumpah
Tak kan kubiarkan
Pendengki memporak
porandakan ajaranmu
Selama nafasku
mengalir
Tak kan kubiarkan asap hitam merajalela
Biarlah tubuh dan jiwa ini
Yang pertama hancur
menahan gelombang fitnah
Pengantar kesejahteraan dua alam
Wahai saudaraku
Janganlah mudah
terpecah belah
Janganlah mudah
terhasut
Musuh sungguh lihai
dan licik
Islam tidak hancur karena luar
Tetapi runtuh dari
dalam
Sadarilah ini wahai
saudaraku
Tengoklah barang
sejenak ucapanku
Selama ALLAH Tuhannya
Itu masih saudara
kita
Peganglah
kesederhanaan ini
Jangan perdulikan
teriakan kasar sang keras hati
Jangan perdulikan
cacian sang pengumbar maki
Mereka hanya alat
bagi sang pemecah belah umat
Mereka tahu benar
kelemahan kita
Api besar tidak bisa
padam oleh tiupan angin
Malah berserakan ke
segala arah
Habiskan tenaga dan
pikiran
Biarlah kelelahan
yang menghentikannya
Islam benar atau palsu bukan urusan kita
Itu bagian Allah
Bagimu
prinsip-hidupmu sendiri
Bagiku
prinsip-hidupku pribadi
Tugas kita hanya
menyampaikan
Setelah itu diam
Tidaklah kita diminta
pertanggung-jawaban
Lebih dari yang kita
bisa
Tidak perlu memaksa
ikut perahu kita
Jangan campur
penyampaian dengan tepukan dada
Di zaman Rasul sudah ada golongan itu
Mereka kaum munafiqun
Kejahatan pendengki
berselimut islam
Yang dinyalakan oleh
si penyusup
Kaki tangan iblis nan
licik dan nista
Dan Rasul mendiamkannya
Karena Rasul melindungi akidah umat dengan doa
Kecuali bila timbul
pembunuhan
Dan pengrusakan
tempat ibadah
Baru keadilan harus
ditegakkan
Dengan lantang atau
pedang
Tergantung kemampuan
Di zaman puncak
kerusakan ini
Jalan terbaik adalah
menyucikan diri sendiri
Menyambung dengan
tali Nabi
Dengan seribu sholawat
Hingga kokoh dalam
jubah Nabi
Bukan dengan kekuatan
sendiri
Seperti jaringan
listrik rumah pemukiman
Yang saling
tersambung dari pusat hingga tepi darat
Kuat penerangannya
menghapus tipu-daya
Dengan pertolongan Rasul bukan maunya sendiri
Dengan RahmatNya
bukan kekuatan ego
Barangsiapa mati dari
langkah keakuan
Tangan baginda Rasul meraih tangannya
Terlimpah syafaatnya
Pertolongan Rasul disetiap kelemahan
Pertolongan kecil di
dunia
Sebelum pertolongan
besar kelak di akherat
KemudahanNya dan
RahmatNya
Barangsiapa merasa
mampu tanpa pertolongan Rasul
Maka ia terlepas
bagai anak panah
Dibiarkan kebingungan
tanpa cahaya
Berteman duka dan
kesulitan
Maka ambilah rahmat
dan kemudahan
Yang telah
disediakanNya
Sejak awal Penciptaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar