Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
BERSATULAH NUSANTARAKU





Duhai anak negeri
Kalian hidup di bumi yang sama
Menghirup udara yang
sama
Makan dan minum dari
tanah yang sama
Kalian dari satu
kandungan
Ibu pertiwi
Nusantara nan elok dan berlimpah
Jagalah Nusantara dari tangisan pilu
Yang mengoyak dada
Setiap insan yang
bermakna
Saudaraku
Nusantara kita diujung bencana
Ditarik sana ditarik
sini
Oleh tangan penyembah
iblis durjana
Yang tak pernah puas
menelan emas
Dan segalanya dari bumi kita
Karena Nusantara modal berharga
Untuk mewujudkan
kerajaan besar mereka
Kerajaan iblis dengan
sayap harta dan teknologi maya
Satu mata mengintai
dengan seribu sayap
Menyentuh segenap
penjuru bumi
Baik anda di ujung
bumi maupun di depan mata
Suara dan nafas anda
terdeteksi
Oleh teknologi rekayasa
Dipuja bagai Dewa
Itulah Tuhan mereka
Teknologi dan gemerlap harta
Menunggang media
seluler dan dunia maya
Harta itu baik kawanku
Selama tidak
diletakkan diatas kepala
Menjadikan kita budak
yang bergantung padanya
Hingga bermuram durja
tanpanya
Teknologi itu baik kawanku
Selama sekedar alat
kemudahan
Bukan penentu
keberhasilan
Dan merasa mati
tanpanya
Wahai penjaga Nusantara
Biarpun beda
Kalian penyembah Tuhan
Sang Penguasa Tunggal
seluruh alam
Kalian beda hanya karena
pemahaman
Itu bukan masalah besar
Untuk kehidupan
bermasyarakat
Kami tidak perduli
Itu bukan urusan kami
Itu masalah kalian
dengan Tuhan Yang Maha Segala
Tidak perlu saling paksa
Kita disatukan oleh
urusan Nusantara
Yang menjerit
kesakitan
Dicabik dan dijarah
Oleh tangan-tangan
durjana
Sudikah kalian
terpecah oleh penyebar mimpi
Dan kaki tangannya
Yang menyusup dengan
lihai dan rahasia
Di segenap bidang
kehidupan kita
Bagi kami tidak tersembunyi
sepak terjangnya
Indikasinya hanya
satu
Pembuat kondisi kebergantungan
Di tangan mereka
menjadi Tuhan itu sendiri
Yang dapat memenuhi
semua harapan
Pasti dan pasti
terjadi
Dengan cara apapun
Menipu, menelikung,
mencabik sekalipun
Dalam topeng positive thinking
Keyakinan wajib
tetapi dengan akhlak
bukan asal terjang
Laku suci dulu baru
jalan
Perasaan asalnya
untuk keindahan Akhirati
Di tangan mereka
untuk memuja kemewahan dunia
Gemerlap bangunan
menjulang
Keindahan lekuk tubuh
telanjang
Pengagung akal empiris
Pengetahuan manusia sudah
ditanam Tuhan
Berupa data dan
intruksi dalam DNA
Semoga ilmuwan sejati
Yang tidak silau oleh
gemerlap dunia
Dan tidak ditunggangi
kaum penyembah iblis
Dapat menemukan sebab
pertama
Ciptaan Tuhan terdahsyat
Tanpanya DNA tak kan pernah menjadi ‘aktor’
Penentu kehidupan
Penyusup juga berdiri
dibelakang layar
Setiap keinginan tak
terkendali
Pengagung kekuatan
diri-sendiri
Yang diajarkan sang
Super Energi Api
Di dalam diri sendiri
Yang senantiasa
angkuh mendongak keatas
Pernahkah api merunduk kawan
Janganlah mengikut pada
kaum
Yang belum dapat
membedakan
Api adalah agen iblis kawan
Api membakar dan melukai kawan
Sedang cahaya menerangi kegelapan
Wahai anak negeri
Wahai darah Sumatera dimana auman harimaumu
Wahai darah Borneo dimana kepak elangmu
Wahai darah Sulawesi dimana kokok keras ayam jantanmu
Wahai darah Papua dimana hentakan kakimu
Wahai darah Timor dimana terjangan kudamu
Wahai darah Bali dimana gemuruh kecakmu
Wahai darah Jawa dimana teriakan cemanimu
Bersiaplah di
perbatasan negeri
Perkuat rantai
persatuan
Hingga mata pemecah
merasakan kibasan cakar Garuda
Berhati-hatilah terhadap
api tersembunyi
Dalam kemasan
kesukuan
Siapa gerangan hendak
memancing api
Pembangkit bangga
diri berlanjut perpecahan
Siapa hendak memisah Papua
karena Atlantis
Si licik lihai benar
Dalam kehalusan
tipu-daya
Bahaya sudah di depan
mata
Maka berduyun-duyunlah
tenaga asing
Menunggang globalisasi
Nusantara milik dunia
Siapa bisa mencegah?
Si licik mencari
tabut mengaduk negeri
Sedang pribumi mengais
sisanya
Wahai penjaga Nusantara
Mereka datang
bertopeng senyum kepalsuan
Berkendara kebebasan
dan hak asasi
Kebebasan tanpa batas
Bahkan tanpa campur
tangan Tuhan
Hak asasi versi
neraka
Mereka ulur tangan
bak dermawan
Sedang belati
tersembunyi siap menghunjam
Membunuh kita satu
persatu tanpa sela
Atau kita sendiri
saling tikam
Oleh rasa saling
curiga
Yang dihembuskan dan
diajarkan
Sedang mereka tertawa
menuai hasil bumi kita
Ingatlah moyang kita berlumuran darah
Menyatukan negeri ini
Demi Nusantara jaya dan sejahtera
Lalu kita jual dengan
harga murah
Menukar kekuatan
bersatu dengan kemewahan dan kekuasaan
Padahal itulah saat
yang lama dinanti musuh
Saat perpecahan
adalah pintu kehancuran kita
Janganlah terlena
oleh pertikaian dan perpecahan
Jangan biarkan sang
durjana mengambil kesempatan
Kita semua masih berTuhan
Tetapi mereka adalah
penyembah kegelapan
SADARLAH
Kita menghadapi musuh
BERSAMA
Kaum penyembah iblis
menyusup di tiap perkumpulan kita
Memalsu keaslian dan
memutar-balik fakta
Mengoyak ajaran dan menabur
racun
Memecah belah
disana-sini
Karena itulah mereka
berusaha
Sekuat tenaga memecah
Nusantara
Memporak-porandakan
keadaan
Hingga kestabilan
hanya mimpi belaka
Hingga tertanam
saling curiga
Nusantara kuat karena kita berpadu bersama
Merasa memiliki tanah-air
tercinta
Ketika perpecahan
merata
Maka kehancuran Nusantara
Tinggal menunggu
waktu saja
Sungguh daku tak kan
rela
Negeriku
dipecah-belah
Kaum serakah dan durjana
Kaum serakah dan durjana





Tidak ada komentar:
Posting Komentar