islam,mahkota islam,moslem,muslim,solusi,solution,sains,technology,teknologi,quran,nusantara

Jumat, 24 Februari 2017


Setiap artikel boleh dicopy dan disebarluaskan, tetapi hendaknya dengan menyertakan link tulisan kami ini. Terima kasih.
Panglima Burung
    



Saudaraku, beberapa hari ini ada berita yang lagi ramai dibicarakan, yaitu akan diadakannya pernikahan antara (Pangkalima) Panglima Burung (burung=manuk, mau bercanda ga jadi .. takut soalnya menyangkut legenda luhur suku dayak, harus kita horamti) dengan Sri Baruno Jagat Parameswari.
Setelah mencari di mbah google, ternyata Panglima Burung adalah gelar (sebutan) yang diberikan kepada tokoh dayak yang mempunyai sikap luhur, mau memperjuangkan kepentingan rakyat dayak. Simpelnya adalah pemimpin rakyat (suku) Dayak yang diagungkan karena memiliki sikap luhur (relijius), keberanian (kesatriaan), pengorbanan, kesederhanaan dalam mengayomi seluruh rakyat Dayak.
Kami mencatat, hanya dua orang yang patut menyandang gelar Panglima Burung di zaman dahulu dan mereka berdua sepantasnya mendapat gelar Pahlawan Nasional. Yang pertama adalah seorang wanita sakti, kami mendapatkan sumbernya dari situs http://suarapakat.blogspot.com/2014/03/panglima-burung-berdasarkan-catatan.html dan juga situs http://taufikirawan.blogspot.com/2014/05/sosok-misteri-panglima-burung.html# ,
Dari tulisan Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos. Nama asli Panglima Burung dari Kalimantan Tengah adalah Bulan Jihad.
1.      Tabloid Bebas, No. 092, 7-13 Maret 2001, hlm 5.
Kiyai Haji M. Juhran  Erpan Ali, Ketua Pondok Pesantren Ushuluddin, Martapura, berkata: “Panglima Burung seorang wanita berparas cantik namun berwatak bengis. Selain itu ia juga bergelar hajjah”. Kiyai Haji M. Juhran Erpan Ali (56) juga mengatakan, “Keberadaannya memang nyata, berwujud seorang wanita berparas cantik namun berwatak bengis. Panglima Burung sudah ada jauh sebelum Indonesia terbentuk”.
2.      Tabloid Bebas, No. 093, 14-20 Maret 2001, hlm 4.
Dibawah judul: “Bulan Jihad itu Panglima Burung?”, Anggraeni Antemasmengabarkan: “Pada 52 tahun yang lalu, tepatnya dalam bulan Januari 1949, dalam kapasitas sebagai wartawan dan kolomnis Harian “WARTA BERITA” Medan, beliau pernah menulis tentang “seorang pejuang wanita suku Dayak di udik Barito yang sakti mandraguna. Konon, dia mengagumkan bukan saja karena keberaniannya menghadapi serdadu Belanda pada awal abad ke-19 tetapi juga wajah dan sosok puteri Dayak tersebut adalah cantik namun beringas”. Kata Anggraeni, “Saya bersamaArsyad Manan, wartawan mingguan “WAKTU” memang telah bersepakat untuk menulis tentang kepatriotan pejuang wanita Dayak tersebut. Saya menulis untuk WARTA BERITA dan Arsyad Manan untuk WAKTU. Sumber utama kami adalah dua orang tokoh Dayak Kuala Kapuas yaitu Willem Anton Samat dan Adonis Samat(ayah dan anak), yang sama-sama senasib dengan kami sebagai orang politik“Republikein” yang tertawan masuk “Interneerings camp” Belanda pada clash II tahun 1948 di Banjarmasin. WA Samat dan Adonis Samat bertutur bahwa pahlawan cantik tersebut keberaniannya luar biasa sekali. 

3.      Tabloid Bebas, No. 093, 14-20 Maret 2001, hlm 4-5.
Dalam masa perjuangannya melawan kaum kafir kolonialis Belanda, Panglima Burung yang sangat cantik memiliki beberapa panggilan akrab oleh masyarakat. “Ada yang menyebutnya Ilum atau Itak, namun ada pula nama popular lain yang disandarkan kepadanya yaitu Bulan Jihad. Kabarnya, nama Bulan Jihad dipakai Panglima Burung sebagai nama Islamnya dan dia memeluk agama Islam dengan perantaraan Gusti Zaleha (https://id.wikipedia.org/wiki/Ratu_Zaleha) kawan akrab seperjuangannya. Dan kita ketahui bahwa Gusti Zaleha adalah puteri Gusti Muhammad Seman, putera Pangeran Antasari yang memimpin Perang Banjar hingga memasuki kawasan Barito Utara dan Selatan, dengan semboyannya: “Haram Manyarah, Waja Sampai ka Puting”.

Dan karena ceritera kepahlawanan ini tetap diragukan orang maka Anggraeni Antemas dalam kesempatan berjumpa dengan Bapak Tjilik Riwut (Gubernur pertama Kalteng) di Istana Merdeka Jakarta tahun 1950 menanyakan kebenaran kisah ini. Tjilik Riwut membenarkan keberadaan srikandi Dayak itu tetapi menurut beliau Bulan Jihad (bukan pejuang wanita asli Dayak Kalteng tetapi) berasal dari Suku Dayak Kinyah (Kaltim). Yang pasti, “nama Bulan Jihad sangat terkenal di antero Barito Hulu dan Barito Selatan”, imbuh Tjilik Riwut. “Dia pendekar sakti mandraguna, punya ilmu kebal tahan senjata, bisa menghilang dan melibas lawan hanya dengan selendang saja. Dia selalu berjuang berdampingan dengan Gusti Zaleha si pejuang puteri Banjar”. Dengan demikian maka ceritera yang disampaikan oleh WA Samat dan Adonis Samat (1948) sejalan dengan ceritera Pak Tjilik Riwut (1950).

Tatkala tokoh perlawanan Gusti Muhammad Seman meninggal dunia pada tahun 1905,lalu pada awal tahun 1906 Gusti Zaleha berkeputusan turun gunung untuk menyerah kepada Belanda, lantas apa keputusan Bulan Jihad dan sisa prajurit lainnya? Ternyata Bulan Jihad tetap haram menyerah dan tetap bertekad meneruskan perjuangan sekaligus meneruskan pengembaraannya. Maka terjadilah perpisahan yang sangat memilukan.

Dengan berat hati keluarlah Gusti Zaleha dari hutan menuju Muara Teweh dan selanjutnya dibawa oleh kaum penjajah ke Banjarmasin bersama ibunya Nyai Salmah.Sejak perpisahan itu, tidak banyak orang yang tahu dimana keberadaan Bulan Jihad dan kelanjutan perjuangannya. Barulah pada tanggal 11 Januari 1954, Bulan Jihad datang melaporkan diri ke Kantor Pemerintahan setempat di Muara Joloi sehingga saat itulah dia baru mengetahui kalau Indonesia sudah merdeka. Hatinya pun semakin luluh begitu mengetahui sahabat karibnya Ratu Zaleha telah meninggal dunia (24 September 1953) di Banjarmasin. Hari itu orang kembali melihat pemunculannya dan hari itu pula dia kembali mengembara ke hutan rimba untuk selama-lamanya. Inilah sekilas kisah seorang muslimah bernama Bulan Jihad yang setia berperang mendampingi perjuangan Gusti Puteri Zaleha (1903-1906), bahkan dia terus berjuang melewati masa juang pahlawan anti kolonialis lainnya di tanah Dayak ini.

Dari bukti-buki sejarah yang ditunjukkan para pendahulu kita dengan gamblangmenyatakan fakta bahwa kebulatan tekad persatuan, tekad perjuangan mengusirpenjajahan dari negeri ini, tertuang sangat jelas di dalam Perang Banjar dan Perang Barito. Saat itu, Pangeran Antasari, Demang Leman, Gusti Muhammad Seman, Temanggung Surapati, Gusti Zaleha, Bulan Jihad, Panglima Batur, Temanggung Mangkusari, Panglima Wangkang dan lainnya, adalah gambaran bersatunya kesatuan suku-suku Dayak Ngaju, Dayak Dusun, Kayan, Kenyah, Siang, Bakumpai, Banjar, Hulu Sungai, baik yang beragama Islam maupun Kaharingan. Kata Kiyai Juhran Erpan Alikemudian, “Masa itu telah ada kesepakatan tekad bahwa suku Dayak dan suku Banjar tidak akan pernah berperang sesamanya sampai kapan pun juga”.

Yang kedua adalah seorang pejuang (laki-laki) di zaman pendudukan jepang, bernama Burung Mansau. Kami mendapatkannya dari situs http://suarapakat.blogspot.com/2014/03/panglima-burung-berdasarkan-catatan.html dan juga situs http://suaradayak.blogspot.com/2014/03/surat-sultan-hamid-ii-kepada-solichim.html ,
1.      Buku Tanah Mandor bersimbah darah , Karangan : Syafaruddin Usman
2.  Berita Panglima Burung masuk ke Pontianak untuk mendesak agar segera diangkat Sultan Pontianak untuk menghindari kekosongan kekuasaan.
3.    Dari Buku Sultan Hamid II , Sang Perancang Lambang Negara 'Elang Rajawali - Garuda Pancasila'
“mengenai simbol ini inspirasinja saja ambil dari tanah Kalimantan, jakni kalung dari suku Dajak demikian djuga bentuk perisainja, setelah bertukar pikiran dengan para panglima suku Dajak di Hotel Des Indes Jakarta awal Februari 1950 yang saja ajak ke Jakarta ketika itu, salah satunya panglima Burung dan Ma Suka Djanting bersama J.C Oevaang Oeray sahabat saja di Dewan Daerah DIKB,”
4.      Pontianak Post , berita kematian Panglima Burung.
Kami tidak akan membahas mengenai pernikahan itu sendiri tetapi yang hendak kami sampaikan adalah mengenai isyarat di balik perstiwa tersebut. Kejadian tersebut merupakan suatu perlambang, sebagai perlambang lebih lanjut dari kejadian ‘Blue Moon’ yang sudah terjadi sebelumnya.

Fenomean ‘Blue Moon’ adalah fenomena alam dimana orbit bulan mencapai titik terdekatnya dengan bumi. ‘Blue Moon’ adalah fase purnama yang paling sempurna. ‘Blue Moon’ adalah fungsi sempurna dari bulan dalam hal kedudukannya sebagai pemberi cahaya penerangan ke bumi di waktu malam. ‘Blue Moon’ adalah isyarat akan tercapainya ‘qodar’ (kadar/kapasitas) dari seorang sufi pencari kebenaran dalam menerima (warisan) ilmu dari Rasulullah saw, sebagaimana bulan menerima secara sempurna cahaya dari matahari. Rasulullah saw adalah matahari ilmu, gudang ilmu, kota ilmu. Inilah yang dimaksud ‘Ittishal’, tersambungnya kalbu seorang sufi ke kalbu Rasulullah saw. Dan dialah Imam Mahdi r.a.
Penulis tidak dapat memastikan keberadaan beliau. Di Nusantara ini atau di tempat lain? Tetapi ‘Blue Moon’ mengisyaratkan beliau berada di belahan bumi barat (eropa) karena ‘Blue Moon’ terlihat secara sempurna di belahan bumi barat. Kembali kepada cerita pernikahan Panglima Burung dan Sri Baruno Jagat Parameswari, sebenarnya burung merupakan perlambang dari para Malaikat dan orang-orang yang mampu mencapai kedudukan malaikat. Jadi Panglima Burung adalah panglimanya malaikat. Ada empat penghulu atau pemimpin para malaikat, yaitu Sayyidina Jibril a.s, Sayyidina Mikhail a.s, Sayyidina Izrail a.s, dan Sayyidina Isrofil a.s. Dalam kasus Raja Agung Dzulkarnain, beliau menjadi manifestasi dari cahaya Malaikat Isrofil a.s. Beliau didampingi oleh Nabiyullah Khidir a.s. dalam setiap kesempatan perjalanan dakwahnya. Beliau adalah Raja Agung sekaligus panglima perang. Jadi segaris dengan legenda Panglima Burung dari suku Dayak. Bukan berarti orang yang sama, tetapi sama dalam hal perlambang. Panglima Burung mewakili ibarat dari manifestasi cahaya malaikat, sedangkan Ratu Laut Pantai selatan mewakili ibarat penguasa lautan yaitu Nabiyullah Khidir a.s sang Baruno.
InsyaAllah kami akan menjelaskan semuanya dalam sebuah buku (yang sedang kami kerjakan) tentang  sinergi dua inti kehidupan ini. Semoga Allah memberiku taufik dan kekuatan untuk menyelesaikan buku tersebut. Amiin.



    
islam,mahkota islam,moslem,muslim,solusi,solution,sains,technology,teknologi,quran,nusantara